Marry You…

Banyak janur kuning melengkung, itulah kesan pertama di bulan November. Yup, sepertinya banyak yang menikah di bulan ini. Bahkan tadi pas berangkat dari kos ke studio, melewati beberapa janur kuning sampai mobil berjanur kuning. Bulan November, musim hujan dan banyak yang nikah. Hmm….adakah hubungannya? I don’t know. Maybe yes or maybe not. Whatever the reason, I want to congrats for all my friends that got married in this month. I am really sorry if I couldn’t come to your wedding, but I hope you are all will have a happy married 🙂

Kalau wedding bouquet-nya beneran permen mah, mending di makan aja :p

Ngomongin soal pernikahan, teman saya pernah iseng melakukan survey kecil-kecilan. Menurut dia, mayoritas teman-teman perempuannya yang lahir tahun 1988 ingin menikah tahun depan. Well, I think It can be understood. Why? Karena tahun depan, kelahiran 1988 bakalan berada di umur 25 tahun. Nah, ini dia neh bedanya perempuan ma laki-laki. Karena umur 25 tahun buat wanita merupakan usia di mana kesehatan reproduksinya berada pada saat terbaik dan akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia. Tentu ini berbeda dengan pria

Read more

Some of My Stuffs….

Di postingan sebelumnya, di tanyain sama si Om Teguh Puja yang minta penampakan asli kosan saya. Tapi karena sepertinya kamar saya belum terlalu layak untuk di publish, maka untuk permulaan saya publish dulu beberapa “penghuni” kamar saya. Kebetulan kemarin jiwa fotografer saya lagi muncul, jadi setelah sedikit sentuhan  inilah beberapa penghuni kamar saya hehehehe… 😀 …

Read more

Kosku Istanaku

Aiihh…sudah lama nggak ngasih makan sama rumah ini. Kemarin mampir sebentar cuma buat ngasih cemilan doang *bersihin sarang laba-laba di pojokan dan mulai nyapu*. Entah kenapa beberapa bulan terakhir saya lagi malas dan nggak mood buat nulis. Lagi banyak kerjaan yang harus dikerjakan *sok sibuk pdahal juga entah apa yang dikerjakan >.<“*.  Hmmm….sebenarnya bukan sok sibuk tapi karena saya ini termasuk orang yang gampang-gampang susah buat mengumpulkan mood nulis. Mood saya nggak mau datang di sembarang tempat *ceileh*.  Dan buat saya, tempat paling nyaman nulis ya di kos. Di kamar saya yang sempit yang ukurannya cuma 2,2 x 2,2 meter *busyet, sempit amat yak? * Biar sempit gitu, kamar saya adalah tempat ternyaman. Kamar kos saya adalah istana saya. Dunia di mana sayalah yang menjadi penguasa.  Di kamar itu pula ide-ide saya lebih sering muncul. Apalagi kalau jaringan internet yang berasal dari modem zadul saya mengalir lancar, wah…buat saya itu adalah surga dunia terkecil.  Lebay ya? hehehe….biarin aja ya…ini kan rumah saya, bebas dong mau ngapain aja hihihii 😛

Nah, ngomongin soal tempat tinggal, kos saya merupakan rumah ke-2 bagi saya. Sebagaimana layaknya fungsi rumah, kos saya merupakan tempat saya kembali setelah berjibaku dengan segala rutinitas  saya di luar.  Tempat saya melepas lelah dan letih serta segala kepenatan.  Mungkin kos saya bukanlah rumah atau tempat yang paling bagus ataupun mewah. Namun buat saya kos saya adalah rumah ternyaman setelah rumah orang tua saya tentunya.

Terletak di lantai 2, bagian yang paling saya suka dari kamar saya adalah jendela kamar saya. Yup, soalnya kamar saya merupakan salah satu kamar paling strategis (versi saya). Alasannya??? Karena kamar saya punya jendela yang menghadap keluar, sehingga saya bisa memandang hujan dari tempat tidur saya yang berada di samping jendela. Buat saya, itu adalah anugrah tersendiri. 

Alasan lainnya kenapa saya nyaman dengan kos saya sekarang

Read more

Desperate Daughter, Am I?

“Apa kabarnya? Gimana sudah dapat kerjaan belum? Jangan lupa solat, kalau bisa tiap malam bangun tahajud. Sempetin juga baca Qur’annya meski cuma beberapa ayat”. 

Begitulah kira-kira isi pesan dari Bapak sebelum akhirnya beliau (kembali) menelpon saya. Bukan sekali dua kali saya mendapatkan pesan seperti itu dari Bapak, namun sudah berkali-kali, tak terhitung banyaknya sejak saya wisuda sekitar 5 bulan lalu. Selain bertanya kabar, pertanyaan (wajib) selanjutnya adalah tentang kehidupan karir anaknya ini. Kalau sudah begitu, saya seringkali lebih banyak hanya meminta do’a restu dari beliau. Mohon di do’akan agar anak tertuanya ini segera mendapatkan pekerjaan yang terbaik. Ah…padahal tanpa diminta pun, kau  selalu menyebut anakmu dalam setiap do’a-do’amu. Acap kali setiap mendengar suara Bapak  diujung telepon, saya hanya bisa bergumam sedih dalam hati,

Maafkan anakmu ini Pak, belum bisa membahagiakanmu. 

Maafkan anakmu ini Pak, karena seharusnya sekarang sudah bisa menggantikan posisimu menjadi tulang punggung keluarga.

Maafkan anakmu ini Pak, belum bisa menjadi anak yang berbakti.

Jangan tanya sama saya, sudah berapa banyak lamaran pekerjaan yang saya kirimkan. Apakah saya yang terlalu pilih-pilih pekerjaan? Ya…saya memang pilih-pilih pekerjaan, namun masih dalam batas wajar. Pantangan terbesar saya cuma ada dua saja kok. Pertama, saya nggak mau pekerjaan bidang sales/marketing karena saya ini nggak pandai jualan.

Read more