Hampir Kena Tipu

dok.nutrisiuntukbangsa.org
dok.nutrisiuntukbangsa.org

Beberapa hari lalu saya hampir saja kena tipu. Begini ceritanya, selagi saya lagi asyik lihat-lihat barang di toko, suami tiba-tiba telp dan minta mengirimkan no.rekening bank saya. Suami bilang mau ditransfer uang sama prof XXX yang merupakan salah satu pejabat di kampus dan saya nanti di suruh segera ngecek ke ATM apakah uangnya sudah masuk apa belum. Lantas saya bilang kalau cuma buat ngecek dana sudah masuk atau belum nggak perlu ke ATM, karena bisa di cek lewat hape. Setelah mengirim no.rekening, nggak berapa lama kemudian suami telp lagi dan pada intinya saya disuruh menghubungi no.prof XXX tersebut dan bilang kalo saya istrinya, karena katanya harus pakai kode-kode apa gitu, jadi saya disuruh ngomong langsung sama si prof. Agak bingung juga sebenarnya pada waktu itu, tapi saya ikuti saja perkataan suami.

Setelah saya sms no.telp yang dikirim suami, nggak berapa lama kemudian saya di telp. Tanpa basa basi si penelpon tanya apakah saya sudah di ATM apa belum, selain itu dia juga tanya saldo di ATM. Saya yang belum ngeh meski agak merasa aneh, iya-iya aja. Saya bilang kalau saldo saya hanya beberapa ratus ribu saja. Lantas si penipu meminta no.rekening yang lain dan saya pun iyain serta menyuruh saya segera ke ATM terdekat tanpa mematikan telp karena katanya pembicaraan di rekam untuk pertanggungjawaban. Saya sebenarnya agak kesal, karena saya belum selesai belanja. Tapi akhirnya saya keluar toko juga dan untungnya di dekat situ ada ATM *kok untung sih??*.

Singkat cerita, saya di ATM di

Read more

Ramadhan yang Berbeda

Sudah tengah malam, tinggal menunggu hitungan jam untuk saya bersantap sahur. Berhubung mata saya belum mengantuk, sepertinya tidak ada salahnya saya mencoba memainkan jemari merangkai kata. Nggak salahkan? (Kalau salah ya berarti nggak benar, nggak salah kan? hehe..). Ah, alasan sebenarnya adalah karena saya takut telat bangun dan nggak bisa sahur hehehe…

Kalau kayak gini, jadi berasa masih jadi mahasiswa. Nglembur sampai tengah malam gini bahkan hingga pagi hari hanya untuk mengerjakan sesuatu, entah itu tugas kuliah, skripsi atau bahkan kerjaan nggak jelas entah apa itu. Sehabis itu habis subuh tidur hingga siang hari. Kalau sudah gitu, biasanya di meja saya selalu ada secangkir kopi dingin yang setia menemani menanti pagi. Tapi itu dulu, karena kini saya sedikit mengurangi mengkonsumsi kopi meskipun di laci logistik saya selalu ada persediaan kopi. Selain kopi, teman lain yang tak terlewatkan adalah

Read more

Celoteh Sebelum Tidur

Hmmm….sudah lama sekali saya nggak berbenah di rumah saya yang satu ini. Maaf kalau saya jarang meng-update, pastinya kalian para follower blog ini sudah nggak sabar ya baca postingan saya yang terbaru *sok ngartis padahal nggak ada yang nungguin* . Iya, harap maklum saja ya, soalnya beberapa bulan terakhir saya sedang sibuk dengan kehidupan saya di dunia nyata.

Semenjak ibu meninggal awal Desember lalu, banyak hal yang terjadi dalam hidup saya. Bisa dibilang hidup saya berubah cukup drastis. Gimana nggak berubah, saat itu saya langsung resign dari studio komik Papillon dan kembali ke kota asal saya, Purwokerto. Sebagian mimpi yang sudah saya rancang pun harus saya hapus dan saya susun ulang. Jujur, terkadang rasanya masih nggak percaya kalau saya ini sudah menjadi piatu. Namun saya yakin Tuhan sudah punya skenario tersendiri untuk hidup saya dan apapun rencananya, Insyaallah itulah yang terbaik meskipun terkadang mungkin bukan yang kita inginkan. Akhirnya, saya pun berencana mencari pekerjaan di kota SATRIA saja agar bisa menemani dan mengurus bapak yang di usianya yang senja ini sering sakit-sakitan. Apalagi pertengahan Januari-Februari ini adik saya satu-satunya harus KKN di luar kota. Otomatis bapak bakalan sendirian. Saya pun sudah bersiap-siap angkat kaki dari kota ATLAS. Awal bulan Januari, saya sudah mengepak dan mengeluarkan semua barang-barang saya dari kamar kosan. Namun

Read more

Selamat Jalan, Bapak

ayah dan anak‘’Bapak meninggal siang ini, mohon do’anya…’’

Begitulah isi SMSmu siang tadi. Kabar itu bagaikan petir di siang bolong. Aku memang sedang menunggu kabar darimu hari itu, berharap setiap kali ponselku berdering itu adalah dari kamu. Berharap setiap kali ada SMS itu dari kamu. Ya, itu memang dari kamu. Tahukah kamu, bagaimana reaksiku melihat namamu tertera di layar ponselku? seperti anak kecil yang baru saja mendapat hadiah. Namun, bukan itu isi pesan yang kuharapkan. Dengan tangan gemetar, aku pun membalas pesanmu.

Ah, Bapak. Masih teringat ketika pertama kali aku bertemu dengan beliau. Ya, pertemuan dua tahun lalu yang menjadi pertemuan pertama dan terakhirku dengan beliau.

Ah, Bapak. Sosok tua renta yang menyapaku dengan hangat ketika aku menemuimu di rumah sakit kala itu. Bapak yang dengan guratan-guratan halus di wajahnya masih terlihat menawan di usianya yang senja. Ya, Bapak masih memiliki pesonanya dan saat itu akupun tahu darimana garis-garis pesonamu itu kau dapatkan.

Read more