Sampah Kertas yang Menerbangkan Mimpi-Mimpi

beasiswa sampah untuk pendidikanSejak lama, masalah sampah menjadi masalah aktual yang dihadapi Indonesia dan masalah tersebut terus berlanjut seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Setiap tahunnya, Indonesia menghasilkan sampah sekitar 67,8 juta ton sampah. Dari jumlah tersebut, salah satu limbah yang paling banyak dihasilkan yaitu sampah kertas yakni sekitar 10,6 %. Ironisnya, volume sampah kertas setiap 2 tahun meningkat 1 %.

Meskipun sampah ini dapat terurai di dalam tanah, tetapi proses penguraiannya bisa menghabiskan waktu 3-4 bulan sesuai dengan kondisi tanahnya. Maka dari itu, tetap perlu upaya untuk mencari solusi penanggulangan sampah kertas seperti misalnya dengan melakukan recycle.

Sebenarnya, recycle ini merupakan opsi terakhir yaitu mendaur ulang kertas. Hal ini pula yang dilakukan oleh Fahry Purnama, pria asal provinsi Aceh tepatnya dari desa Lampermai, Kecamatan Krueng Barona Jaya.

Di tangan pria yang kini berusia 29 tahun tersebut, sampah kertas yang mungkin dianggap nggak berguna bagi orang lain tersebut bisa menjadi berkah. Tak hanya menjadi solusi penanganan sampah, namun juga masalah pendidikan. Bagaimana caranya?

Sampah, Kemiskinan dan Pendidikan

Berawal ketika Fahry melihat banyak anak kurang mampu di sekitar lingkungannya yang terkendala dalam menempuh pendidikan akibat masalah ekonomi. Mulai dari nggak memiliki pakaian seragam yang layak, buku hingga perlengkapan sekolah lainnya. Dia pun merasa prihatin atas kondisi tersebut. Selain prihatin akan kondisi pendidikan anak-anak tersebut, ia juga prihatin terhadap kondisi kebersihan lingkungan. Salah satunya yaitu sampah kertas yang banyak berserakan.

Dari hal tersebut, pemuda yang menempuh pendidikan di Universitas Syiah Kuala itu kemudian berpikir, bahwa sampah kertas bekas yang ada jika bisa mengelolanya dengan baik maka bisa mempunyai nilai ekonomi dan membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu tersebut.

Menurut Fahry, jika membantu dalam bentuk uang mungkin masih ada yang merasa keberatan dan enggan melakukannya. Namun jika dengan memberikan sampah kepada orang lain, makan kemungkinan besar hampir semua orang bisa melakukannya. Dari situlah, dia akhirnya meminta masyarakat sekitarnya untuk memberikan sampah kertas yang nggak terpakai untuk dimanfaatkan bagi kebaikan sesama. Ya,dan akhirnya dari sampah-sampah kertas itulah, Fahry mampu memberikan harapan pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak yang kurang mampu tersebut.

Beasiswa Sampah untuk Masa Depan Lebih Cerah

Bersama teman-temannya, Fahry kemudian menggagas berdirinya komunitas Pesawat Kertas pada awal tahun 2018. Untuk penamaannya yaitu Pesawat Kertas ternyata memiliki makna tersendiri. Apa itu? Yaitu, harapannya mimpi-mimpi anak negeri mampu diterbangkan walau hanya dengan kertas bekas.

Adapun untuk visi komunitas Pesawat Kertas yaitu “Menjadi penggerak dalam upaya penyelamatan lingkungan, pemanfatan sampah menjadi produk kreatif dan ikut berkontribusi dalam memajukan pendidikan Indonesia”.

Dari komunitas Pesawat Kertas itulah, Fahry Bersama rekan-rekannya mencoba memberikan masa depan pendikan yang lebih baik untuk anak-anak kurang mampu. Hal tersebut ia lakukan melalui tiga program yakni beasiswa sampah, gerakan sedekah sampah dan rumah kertas.

Untuk gerakan sedekah sampah, setiap harinya komunitas tersebut menerima sumbangan berupa kertas bekas, koran, atau buku cetak bekas. Sampah kertas yang ada kemudian mereka pilah. Sebagian mereka olah menjadi produk kreatif sebagai sarana edukasi dan sebagian lagi mereka jual. Hasil penjualannya lalu mereka gunakan untuk pendanaan beasiswa sampah yaitu program pemberian bantuan perlengkapan sekolah seperti seragam sekolah, sepatu dan tas bagi anak yang kurang mampu dan juga untuk kegiatan lainnya. Berkat adanya beasiswa sampah, anak-anak yang sebelumnya nggak bisa bersekolah atau memiliki kendala biaya maupun perlengkapan sekolah kini bisa tersenyum kembali.

gerakah sedekah sampah kertas

Selain itu komunitas Pesawat Kertas juga memiliki program Rumah Kertas. Ini adalah program pelatihan pengolahan kertas bekas bagi anak-anak muda, untuk menumbuhkan jiwa kreatifitas sekaligus membangun kepedulian mereka pada lingkungan. Jadi, komunitas memberikan pelatihan daur ulang untuk mengubah sampah kertas yang ada menjadi produk kreatif yang bernilai jual lebih tinggi. Uang hasil penjualannya bisa untuk menambah penghasilan dan biaya pendidikan.

produk kreatif sampah kertas

Oh ya, ada yang unik terkait penyebutan panggilan dalam progam komunitas. Jadi dalam komunitas Pesawat Kertas ada panggilan orang baik sebagai penyebutan bagi donatur, pejuang kebaikan bagi para relawan komunitas, dan juga pilot kecil sebagai penerima bantuan. Penyebutan dengan istilah tersebut lantaran karena memang adanya progam ini berkonsep gerakan kebaikan. Adanya progam ini menemukan orang baik dengan bantuan pejuang kebaikan hingga akhirnya bertemu dengan pilot kecil untuk menerbangkan mimpi-mimpi sang pilot. Unik ya?

Selama program berlangsung, komunitas Pesawat Kertas sudah mengumpulkan lebih dari 5 ton sampah kertas serta melatih 250 orang terkait pembuatan produk kreatif. Bukan hanya itu saja, anak-anak di panti asuhan juga mereka berdayakan agar memiliki keterampilan. Wow!

Berkat adanya komunitas Pesawat Kertas, ternyata nggak hanya dapat mengatasi permasalahan lingkungan tetapi juga pendidikan sekaligus, seperti pisau yang bermata dua.

Sampah Membawa Prestasi

Nggak hanya bahagia karena bisa memberikan senyum bagi anak-anak yang sudah ia bantu, berkat sampah kertas pula Fahry mampu menorehkan banyak prestasi dan mendapatkan penghargaan.

Beberapa prestasi yang pernah Fahry dapatkan antara lain yaitu berhasil menjadi pemenang putra Pemuda Inspiratif Banda Aceh, tahun 2018. Dia juga berhasil mewakili Pesawat Kertas ke Spanyol sebagai peserta Sustainable Development Goals Pemuda Indonesia Penggerak Perubahan (SDG PIPE) pada tahun 2019.  Masih pada tahun yang sama pula, dia juga berhasil meraih penghargaan sebagai Pemuda Pelopor Kemenpora 2019 dan Pemuda Hebat Kemenpora 2019. Wah, keren!

Bukan hanya itu saja, perjuangan dan dedikasi pemuda kelahiran 1995 itu dalam menjaga lingkungan dan membantu anak-anak kurang mampu melalui beasiswa sampah ternyata juga berhasil menarik hati para juri Anugerah Satu Indonesia Awards. Ini adalah event tahunan dari grup Astra International untuk mencari sosok pemuda inspiratif dari seluruh penjuru tanah air.

Ya, upayanya melalui beasiswa sampah tersebut dinilai mampu memberikan dampak sosial dan sangat inspiratif. Alhasil, wajar saja jika Fahry berhasil mendapatkan apresiasi sebagai penerima Satu Indonesia Awards 2021 kategori individu dalam bidang pendidikan. Berkat penghargaan tersebut, ia pun merasa sangat bersyukur dan menjadi dukungan dan juga penyemangat untuk terus menebarkan kebaikan.

penghargaan Fahry Purnama

Sayangnya, meskipun banyak yang bangga dengan prestasi yang Fahry raih, penolakan justru sempat muncul dari keluarganya. Mereka awalnya nggak setuju karena setelah lulus kuliah pada 2018 Fahry masih fokus mengurus komunitas daripada mencari pekerjaan. Tentunya hal tersebut sempat membuatnya sedih. Hingga akhirnya seiring berjalannya waktu, berbekal semangat dan keyakinannya yang kuat, dia mampu membuktikan bahwa apa yang ia lakukan nggak hanya sekadar membuang-buang waktu.

Mahasiswa Magister Pengelolaan Lingkungan Universitas Syiah Kuala itu kini bisa membuktikan bahwa dia bisa sukses. Kini dirinya menjabat sebagai Community Development Officer (CDO) di PT. Pupuk Iskandar Muda dan mendapat kepercayaan menangani beberapa program pendampingan masyarakat berkat program yang dia buat.

Apa yang Fahry lakukan merupakan salah satu bukti bahwa hal baik akan menghasilkan hal-hal baik juga. Meskipun hanya berupa langkah kecil, namun bisa memberikan masa depan yang lebih baik. Adanya komunitas Pesawat Kertas menjadi bukti bahwa perubahan di lingkungan luas bisa berasal dari Langkah kecil. Jika seorang Fahry Purnama bisa memulai dan melakukannya, maka orang lain pun juga bisa, termasuk kita. Tak harus dengan membuat komunitas, namun bisa kita mulai dengan mengelola sampah di sekitar kita demi menjaga lingkungan saja itu sudah cukup.

Allaely Hardhiani

Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Istri seorang ilustrator sekaligus ibu dari 3 orang anak luar biasa. Penyuka kopi yang suka membaca, kulineran, dan jalan-jalan. Blog ini merupakan catatan saya tentang berbagai hal. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca!

Tinggalkan komentar