‘’Bapak meninggal siang ini, mohon do’anya…’’
Begitulah isi SMSmu siang tadi. Kabar itu bagaikan petir di siang bolong. Aku memang sedang menunggu kabar darimu hari itu, berharap setiap kali ponselku berdering itu adalah dari kamu. Berharap setiap kali ada SMS itu dari kamu. Ya, itu memang dari kamu. Tahukah kamu, bagaimana reaksiku melihat namamu tertera di layar ponselku? seperti anak kecil yang baru saja mendapat hadiah. Namun, bukan itu isi pesan yang kuharapkan. Dengan tangan gemetar, aku pun membalas pesanmu.
Ah, Bapak. Masih teringat ketika pertama kali aku bertemu dengan beliau. Ya, pertemuan dua tahun lalu yang menjadi pertemuan pertama dan terakhirku dengan beliau.
Ah, Bapak. Sosok tua renta yang menyapaku dengan hangat ketika aku menemuimu di rumah sakit kala itu. Bapak yang dengan guratan-guratan halus di wajahnya masih terlihat menawan di usianya yang senja. Ya, Bapak masih memiliki pesonanya dan saat itu akupun tahu darimana garis-garis pesonamu itu kau dapatkan.