Bride To Be

Gambar-Baju-Pengantin-Muslim-01
I wish I could wear this on my wedding day. Ciamik sekali kan?

Masih sekitar 1,5 bulan lagi menjelang My Wedding Day dan saya belum mempersiapkan apa-apa. What??? Kaget kan? Saya sendiri juga kaget. Oke, sebenarnya bukannya belum mempersiapkan apa-apa sama sekali, tp memang belum bisa dan hanya baru beberapa persen saja. Kenapa? Saya ada di Semarang bukannya  di Purwokerto, yang notabene akan menjadi lokasi perhelatan hari bersejarah dalam hidup saya tersebut. So? Ya, saya susah dong kalau harus ngurus ini itu tapi saya nggak di lokasi. Alasan saja kamu le…Huft, dan sejujurnya itu memang hanya sekadar alasan saya saja. Alasan utamanya adalah karena saya belum ada dan belum tahu budget pasti untuk acara pernikahan saya tersebut.

Rencananya pernikahan saya ini bisa dibilang kilat, meskipun bukan mendadak. Gimana nggak, ndodok lawang yang sekaligus lamaran dilakukan tepat sebelum puasa, sekitar semingguan setelah cami sidang thesis. Saya sebenarnya penginnya menikah tahun depan, tapi karena satu dan banyak hal lainnya akhirnya diputuskan pernikahan kami bulan Oktober mendatang. OMG, I feel so nervous you know? Gimana nggak? menikah gitu loh, yang penginnya sekali seumur hidup. Terkadang ada rasa nggak percaya saja gitu, kalo saya bakal melepas masa lajang saya. Yang artinya, saya nggak bisa sebebas merpati lagi *haiiiissshh* , You know what I mean right? Saya nggak bisa bebas tebar pesona kesana kemari atau ngecengin para pria tampan disana dimari sampai nggak bebas pergi ngluyur kesana kemari hehehe *tuh kan, ketahuan deh hehehe* Eh, tapi beneran deh, rasanya itu deg-degan tahu, itu artinya kita nggak bisa sebebas saat masih single dan kita sudah punya tanggung jawab yang nggak bisa dibilang gampang kalau nggak mau dibilang sulit. Well, in my opinion when you married it means you must grow up girls.…Nggak ada lagi acara ngambek-ngambek nggak jelas, nggak ada lagi acara belanja-belanji se-enak udel sendiri kecuali kalian punya pohon uang atau hang out ma teman-teman nggak kenal waktu kayak zaman kuliah dan single  dulu kala. Nggak ada lagi kata aku dan kamu, elu ma gue atau saya dan anda, yang ada adalah kita dan kami. Well… Pokoknya ya gitu deh…hehehe…

Nah, ngomongin masalah rencana pernikahan saya nanti. Rencananya acaranya akan diadakan tentunya di rumah saya sebagai capeng perempuan, alias di Purwokerto. Mengingat budget yang minim, acara pernikahan bakalan diadakan sederhana saja. Tentunya sederhana dan tetap berkesan tanpa mengurangi kesakralan acara pernikahan. Acara inti hanya akad nikah saja yang kemudian di lanjut dengan sesi syukuran/walimahan dengan makan bersama dan foto-foto. Kenapa saya sebut syukuran/walimahan dan bukan resepsi?Kalau resepsi kayaknya terlalu wah saja, padahal kami tidak menyebar undangan. Kami hanya mengundang keluarga dan orang-orang dekat saja.

P1070947
Saya ingin dandanan seperti ini, terlihat natural dan tetap cantik.

Meskipun kepenginnya  acara cuma satu hari saja dan dihadiri orang-orang terdekat, tapi berhubung tempat tinggal saya di desa yang masih guyub, bisa dipastikan “keramaian” di rumah saya bakal dimulai setidaknya H-3. Tahu sendiri lah, kalau di kampung hajatannya biasanya 2-3 hari. Selain itu meskipun keluarga nggak menyebar undangan, tapi (lagi-lagi) berhubung di desa maka meski tanpa ada undangan, bagi orang yang kenal biasanya tetap akan kondangan. Apalagi bapak bisa dibilang tokoh masyarakat, dah gitu ini merupakan hajatan pertama kali. Lha wong pas lebaran aja, berita pernikahan saya saja sudah nyebar kemana-mana. Kalau sudah gini, saya jadi tambah pusing karena biaya jadi membengkak. Gimana enggak, meski acaranya sebenarnya cuma satu hari dan nggak nyebar undangan, tapi pasti beberapa hari sebelumnya rumah kemungkinan besar bakal kedatangan “tamu tak diundang” . Otomatis harus nyiapin jamuan dan buah tangannya juga dong. Kalau nggak? Tentu saja bakal jadi bahan gosip yang nggak mengenakkan. Itulah salah satu ketidakenakan tinggal di desa….tapi ya sutralah, semoga saja semakin banyak do’a untuk kami, amiiiiiinnnn….

Dan kembali lagi, dikarenakan keterbatasan dana dan kondisi lainnya maka saya pun harus mau berkompromi dengan ego dan mimpi saya tentang my wedding dream. Beberapa ide yang sudah membeku di otak saya terpaksa harus saya edit dan beberapa harus saya skip. Nggak mau dong saya nikah besar-besaran tapi harus dengan berhutang di sana-sini.  Yang ada sehabis nikah semakin pusing nanti buat bayar hutang. Makanya saya ikhlas deh, melepas my wedding dream. Dan buat saya ini adalah salah satu fase pembelajaran dan pendewasaan buat saya pribadi. Bagaimana saya harus bisa berpikir lebih dewasa, nggak mengedepankan ego pribadi *halah* Saya nggak mau terobsesi dengan acara pernikahan saya.  Do you know? terkadang (terutama) kita para perempuan tuh lebih terobesesi sama acara pernikahannya dibandingkan dengan (makna) pernikahanan itu sendiri. Buat apa sih pernikahan kita diadakan besar-besaran dengan menelan biaya mahal kalau pada akhirnya *amit-amit deh jangan sampai* rumah tangga kita kacau balau? *alasan padahal karena diri sendiri nggak mampu* Tapi beneran loh, mendingan tuh duit kita tabung untuk kehidupan pasca pernikahan. Kebutuhan setelah menikah kan banyak gitu loh, mulai dari beli rumah yang harganya setidaknya ratusan ribu dolar sampai kalau punya baby yang kebutuhan susunya saja perbulannya bisa sampai jutaan rupiah. Aiihh…pusing kan?  saya juga.. 🙁

Eits, tapi…jangan karena hal-hal yang saya sebutkan di atas lantas bikin kalian yang sudah cukup umur untuk menunda menikah dengan alasan keuangan atau belum mapan loh ya. Saya dan cami juga belum mapan loh, kami belum berpenghasilan tetap. Meski cami belum berpenghasilan tetap buat saya nggak (baca: belum) masalah yang penting dia tetap berpenghasilan hehehe…. Dan bismillah saja lah ketika kami memutuskan menikah. Bukankan pernikahan itu akan membukakan pintu rezeki? *syarat dan ketentuan berlaku* 😛

Jadi, kalau ada yang tanya sama saya sudah sampai mana persiapan pernikahan kami? Jawab saya, maybe it’s still 20% 😐

Allaely Hardhiani

Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Istri seorang ilustrator sekaligus ibu dari 3 orang anak luar biasa. Penyuka kopi yang suka membaca, kulineran, dan jalan-jalan. Blog ini merupakan catatan saya tentang berbagai hal. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca!

8 pemikiran pada “Bride To Be”

  1. lg ngebayangin mbak Alle pakai gaun pengantin 🙂 avanya aja udah cakebb,apalagi besok hari-H..kesan cantiknya tambah kerasa kalau ada lagu “beautiful in white” yang nyanyi Shane Filan pengiring acara hajat besar itu 🙂

    Balas

Tinggalkan komentar