Yeay…finally we are going abroad hehehe…Yup, pertengahan April kemarin saya sama suami kesampaian juga berangkat ke Singapura. Tentang alasan kami ke Singapura, saya sudah pernah cerita di sini. Berangkat Jum’at sore dengan menempuh 2 jam penerbangan, kami tiba di Changi Airport pukul 18.45 waktu setempat. Meski sudah mau jam 7 malam, tapi di sana masih terang. Kami kemudian langsung menuju ke bagian imigrasi. Setelah itu kami naik skytrain menuju ke stasiun MRT. Tak lupa suami membeli kartu ez-link terlebih dahulu. Saya tidak perlu membeli karena sudah pinjam punya teman.
Di Singapura, alat pembayaran untuk transportasi umum kita bisa menggunakan standar tiket, kartu ez-link atau Singapore Tourist Pass (khusus turis). Kita bisa mendapatkan kartu ez-link, di ticket office sebelum pintu masuk MRT. Harga kartu ez-link S$ 12 yang berisi deposit S$ 7 dan berlaku hingga 5 tahun. Selain menggunakan ez-link kita juga bisa menggunakan Singapore Tourist Pass (STP) atau membeli standar ticket untuk sekali jalan. Memangnya apa saja perbedaan dari berbagi jenis kartu tersebut? Nanti saya akan saya buatkan postingan tersendiri.
Nah, setelah membeli kartu ez-link, dari bandara kami langsung menuju ke apartemen teman suami di Jurong East. Pertama kali naik MRT, kesan pertama yang muncul adalah, nggak beda jauh kayak naik trans Jakarta hehehe…. Bedanya kalau naik MRT orang-orangnya bermacam-macam bangsa. Di MRT kita akan mendengar berbagai macam bahasa. Mulai dari bahasa Inggris, Singlish (Singapore English), Mandarin, Melayu, India, hingga Thailand. Singapura sudah menjadi tempat percampuran bagi multietnis.
Sesampainya di apartemen, niat awal untuk jalan-jalan malam terpaksa kami batalkan. Selain waktu yang sudah terlalu larut untuk keluar, badan kami juga sudah protes karena kecapekan. Jadilah kami menghabiskan malam pertama di apartemen saja. Mengobrol saling bertukar cerita hingga tengah malam sambil menikmati spageti hasil masakan si empunya apartemen.Ke esokan harinya barulah kami mulai menjelajah Singapura.
Pagi harinya, kami bangun jam 6 lebih. Setelah selesai sholat dan leyeh-leyeh sebentar, sekitar jam 7 pagi kami lalu pergi ke taman yang berada tak jauh dari apartemen yaitu Chinese garden dan Japanese garden. Bagi yang ingin ke taman ini, bisa naik MRT dan turun di stasiun Chinese garden. Tamannya terletak tepat di depan stasiun, melewati lapangan hijau yang luas. Biasanya di tengah lapangan sering di pakai bermain masyarakat. Selma di sana seringnya sih lihat etnis India main Kriket. Begitu kami sampai di taman ternyata sudah banyak orang yang sedang berolahraga. Memang sih, tempatnya asyik banget buat jogging, bersepeda atau olahraga lainnya. Suasananya asri banget. Banyak pepohonan dan tanaman yang tertata dengan rapi, serta yang pasti bebas dari sampah. Danaunya yang tenang pun bersih, nggak bikin mata bosan memandang.
Masuk melalui pintu bagian timur, kami memilih ke Japanese garden terlebih dahulu. Melewati Garden of Abundance di Chinese garden kami lalu menyebarangi jembatan menuju Japanese garden. Sesuai dengan namanya, area taman ini memiliki banyak ornamen Jepang. Mulai dari bangunan seperti gazebo atau rumahnya, jembatan, hingga tata tamannya. Di Japanese garden kami hanya sebentar selain juga karena areanya memang tidak terlalu luas. Keluar dari Japanese garden, kami lalu menuju Chinese garden lewat pintu barat yang merupakan pintu masuk utama. Di luar taman Japanese garden menuju ke Chinese garden, kami juga melewati area bermain untuk anak-anak dan juga area untuk bermain skateboard.
Saat memasuki gerbang utama Chinese garden, kita akan di sambut oleh White Rainbow Bridge. Di ujung seberang jembatan terdapat Garden Courtyard dengan bangunan yang bergaya arsitek China. Masuk ke bagian dalam, terdapat kolam Fish Paradise. Setelah itu kami melanjutkan perjalan berkeliling, melewati Dragon & Phoenix Court serta Twin Pagoda yang terletak di samping danau. Kami lalu terus berjalan mengitari taman menuju area 8 heroes dan 7 Storey Pagoda yang terletak di dekat pintu masuk timur. Area Chinese garden ini lebih luas dibandingkan Japanese garden. Chinese garden juga memiliki lebih banyak spot menarik lainnya, seperti Live Turtle and Tortoise Musseum yan terletak di bagian belakang Garden Courtyard. Sayangnya untuk masuk museum ini bayar. Selain itu ada juga patung Confucius, Stoneboat, Tea House Pavilion, Bamboo green dan juga Bonsai Garden.
Keluar dari taman, kaki sudah mulai terasa pegal. Ya wajar saja sih, lha wong kita jalan keliling taman sekitar 2 jam lebih. Kembali ke apartemen, saya yang kegerahan langsung mandi biar segar dan bersiap-siap untuk jalan (lagi). Oh ya, biar nggak nyasar dan bisa menyusun rencana penjelajahan taman, jangan lupa untuk melihat peta area taman di pintu masuk. Untuk jam buka taman Japanese Garden mulai dari pukul 06.00-19.00 sedangkan Chinese garden buka mulai pukul 06.00-23.00. Jadi bagi yang mau menikmati cahaya bulan di taman, sumonggo mawon loh…
Bersambung ke part 2
Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Istri seorang ilustrator sekaligus ibu dari 3 orang anak luar biasa. Penyuka kopi yang suka membaca, kulineran, dan jalan-jalan. Blog ini merupakan catatan saya tentang berbagai hal. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca!