Minggu lalu, saya baru saja pulang mudik ke desa. Buat yang belum tahu, saya ini berasal dari Purwokerto. Well, sebenarnya nggak di kotanya sih, soalnya hanya kecamatannya saja yang berbatasannya. Jadi, lebih tepatnya Purwokerto coret hahaha… Soalnya kalau saya bilang kecamatan tempat saya berasal, apalagi desanya, dijamin nanti 99% banyak yang nggak tahu. Kalau saya bilangnya dari Kabupaten Banyumas, lebih bingung lagi ntar. Karena Kabupaten Banyumas itu luas euy. Yang ada saya nanti dikira dari Kecamatan Banyumas, yang jaraknya sungguh nggak dekat dari desa saya. Dari ujung ke ujung gitu, lo. Jadi sepakat ya sebut saja saya berasa dari Purwokerto #maksa :p
Nah, balik lagi ke topik awal. Saat pulang mudik kemarin, saya baru tahu kalau di desa saya ada tempat yang namanya Kampung Sidat. Apa itu? Dari info yang saya dapat, setahu saya itu adalah tempat pembudidayaan sidat alias belut. Budidaya sidat di tempat tersebut di kelola oleh peserta didik dan relawan Sekolah Kader Desa Brilian.Untuk operasionalnya berasal dari dana CSR, selain itu juga dari hasil pengelolaan sidat. Untuk info lengkapnya silahkan tanya mbah Google aja deh, hehehe….
Lalu apa menariknya Kampung Sidat? Berada di lahan yang nggak terlalu luas, di Kampung Sidat terdapat Pasar Batok setiap hari Minggu. Kamu bisa menemukan aneka jajanan kuliner di Pasar Batok. Mulai dari klepon, cenil, bakwan, mendoan, sate telur puyuh, pecel, hingga rujak. Nggak lupa juga ada nasi kebuli dengan menu rica-rica sidat yang menggoda selera. Untuk minumnya, tersedia teh manis dan es cau. Meski nggak terlalu lengkap, tapi buat saya sudah okelah. Soalnya saya jarang-jarang bisa menemukan makanan-makanan tersebut.
Hanya itu saja? Eits, sabar dulu ya. Uniknya semua jajanan yang tersedia di sana disajikan menggunakan batok, sama seperti nama pasarnya. Sendok yang digunakan juga menggunakan sendok batok
Selain itu, untuk bertransaksi jual beli, kamu nggak menggunakan uang langsung. Melainkan menggunakan koin batok. Jadi sebelumnya kamu harus menukarkan uang kamu terlebih dahulu dengan koin batok. Tempat penukarannya berada dekat pintu masuk. Satu koin setara dengan Rp 2 ribu. Kamu hanya bisa menukarkan uang minimal senilai Rp 10 ribu atau Rp 20 ribu. Untuk harga makanan dan minuman yang ada di Pasar Batok juga bervariasi. Mulai dari 1 – 5 koin.
Untuk menikmati aneka jajanan yang sudah kamu beli, kamu bisa duduk di tempat-tempat yang telah disediakan. Bisa kursi-kursi lipat yang ada di gubuk dekat stand. Kamu juga bisa duduk lesehan di bangunan di atas kolam atau di gubuk bambu kecilnya. Di Pasar Batok juga ada perahu yang bisa dinaiki pengunjung. Kalau mau naik perahu, kamu cukup bayar 2 koin untuk mengitari kolam yang nggak seberapa luas.
Eh, tapi kamu penasaran nggak nih kemarin saya beli apa saja di Pasar Batok? Pasti penasaran dong, betul nggak? #maksalagi. Well, buat yang kepo, saya beli jajan lumayan banyak di pasar batok. Saya beli gorengan bakwan seharga 1 koin dan dapat 2 buah gorengan bakwan lumayan besar. Saya juga beli bubur sumsum untuk dimakan bareng Kenzie seharga 3 koin per porsi. Selanjutnya, tergoda rujak yang dibeli oleh adik, saya pun ikut-ikutan beli tapi buat dibawa pulang.
Masih belum puas, saya juga beli seporsi pecel seharga 3 koin. Karena takut perut nggak muat, saya beli pecelnya tanpa nasi atau lontong, jadi hanya sayur saja. Yang paling saya suka, pecelnya ada bunga kecombrangnya. Jarang sekali nemu pecel pakai bunga kecombrang. Makannya pakai gorengan bakwan masih hangat, makin makyus rasanya. Selain itu saja juga beli agar-agar buat Kenzie. Dikemas pakai gelas cup kecil, 2 buah agar-agar harganya 1 koin. Saya juga beli cenil seharga 1 koin untuk dibawa pulang. Kalau cenilnya ini saya bilang lumayan mahal, soalnya kalau beli di pasar paling cuma Rp 500 sampai Rp 1 ribu aja.
Sedangkan untuk minumannya, saya beli teh manis hangat dan es cau. Teh manisnya harganya 1 koin, sedangkan es cau harganya 2 koin. Semuanya juga ditaruh di dalam gelas batok. Jadi hari itu, totalnya saya menghabiskan 30 koin batok alias Rp 30 ribu. Hmm..lumayan banyak juga ya? hehehe….
Oya, yang paling mahal itu nasi kebuli rica-rica sidat yang harganya 5 koin. Saya nggak beli sih, soalnya sudah kenyang banget. Tapi saya sempat dikasih icip mencicipi rica-rica sidatnya. Sidatnya sudah dipotong-potong kecil. Rasanya enak dan sedikit pedas, dagingnya empuk mirip daging lele. Baunya juga nggak amis. Mungkin lain kali kalau ada kesempatan saya bakalan beli.
Awalnya saya cuma menukar 5 koin saja, takutnya nanti kalau nukar banyak tapi nggak kepakai kan sayang. Karena koinnya nggak bisa diuangkan lagi. Tapi setelah berada di dalam ternyata malah kurang. Dan setelah dihitung-hitung lagi apa saja yang mau saya beli, ternyata saya perlu lebih dari 5 koin. Tapi karena hanya tersedia paket 5 koin dan 10 koin, saya akhirnya memilih menukar 10 koin.
Oya, pasar batok ini katanya buka sedari pagi pukul 08.00 WIB hingga sore pukul 16.00 WIB. Tapi saya sempat lihat pukul 07.00 WIB sudah ada yang datang. Saran saya sih lebih baik datangnya pagi. Suasananya masih segar dan jajanannya masih banyak. Kamu bisa makan pagi sambil menikmati udara pedesaan yang sejuk. Terdengar mengasyikkan sekali bukan?
Bagaimana, kamu tertarik untuk datang? Kalau iya, kamu bisa langsung cuss ke TKP di hari Minggu. Lokasinya berada di Jalan Damaraja, Desa Singasari, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas. Untuk sampai ke lokasi juga cukup mudah. Jaraknya sekitar 10 kilometer ke arah barat dari alun-alun Purwokerto. Setelah Museum Jendral Soedirman yang berada di sebelah kiri, samping sungai Logawa, kamu lurus saja. Nggak jauh dari situ, kamu akan menemukan sungai Serayu. Nah, di antara kedua sungai tersebut, tepat sebelum sungai Serayu ada pertigaan. Dari pertigaan itu, belok kanan lurus terus mengikuti jalan utama. Memasuki gerbang Desa Singasari, masih lurus terus. Kampung Sidat berada nggak jauh setelah balai desa atau lapangan desa. Kalau bingung bisa pakai Gmaps atau tanya penduduk lokal saja. Oke?
Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Istri seorang ilustrator sekaligus ibu dari 3 orang anak luar biasa. Penyuka kopi yang suka membaca, kulineran, dan jalan-jalan. Blog ini merupakan catatan saya tentang berbagai hal. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca!
Lain waktu ceritakan aku tentang sejarah yang ada di Purwokerto, Hanalle.
Salam kenal.
Sejarah Purwokerto? Hmm…ga terlalu paham juga sebenarnya, tapi nanti kalau ada yg menarik insyaallah sy tulis . Salam kenal juga… 🙂
Kreeeen broo
Bakwan sm pecelnyabeuy…
Dimakan pagi2 pas masih anget…makin maknyus hehehe…
Pecelnya menggoda sekali mbak. Jadi ingin deh