Habis baca tulisan curhat seorang teman dari lapak sebelah. Yang menarik bagi saya, disitu dia menuliskan perkataan temannya. Temannya teman saya itu bilang :
“Sadar atau tidak semakin bertambah usia, teman-teman yang dulunya banyak ada di sekeliling kita, saat ini mulai berkurang, tinggallah teman yang memang benar teman ada di samping kita, karena semua sudah memiliki kepentingannya tersendiri, maka semakin memecah belah berdasarkan kepentingannya masing-masing”.
Seperti halnya teman saya itu, saya pun juga sepakat atas apa yang di katakan temannya teman saya itu, karena saya juga menyadarinya akhir-akhir ini. Entah kenapa, beberapa hari terakhir ini saya sedang merasa jenuh dan bosan saja. Saya merasa kehidupan saya terasa monoton. Setiap hari saya hanya berkutat dengan aktifitas yang itu-itu saja. Dimulai dari bangun tidur, lalu berurusan dengan segala hal tentang tetek bengek kehidupan kos. Menjelang siang mandi, lalu habis solat duhur langsung berangkat ke studio dan malam baru pulang. Sampai di kosan capek dan langsung tidur. Itu semuanya terjadi mulai dari Senin-Sabtu. Minggu? Saya lebih sering bermalas-malasan di kos saja, nonton TV, internetan atau tidur.
Setiap harinya, saya selalu bertemu dengan orang-orang yang sama. Dengan rekan-rekan di studio yang hanya itu-itu saja dan beberapa teman kosan. Kok beberapa? Iya, karena meskipun ada 13 orang penghuni kosan, saya belum tentu bisa ketemu mereka semua setiap hari. Anggap saja alasannya karena siklus kehidupan kami berbeda. Teman-teman kos saya sebagian besar berangkat kerja/ngampus pagi-pagi, jadi saat mereka saling ribut melakukan aktifitas pagi (mandi dan meyiapkan sarapan) di luar kamar, saya tenang-tenang saja dan asyik sendiri di dalam kamar. Saat saya keluar kamar berniat melakukan aktifitas pagi, tentu saja mereka sudah berangkat. Kemudian saat saya pulang, mereka sudah terlelap dalam alam mimpi masing-masing. Saat weekend pun kebanyakan mudik.
Kenapa nggak jalan sama teman-teman kamu yang lain?
Teman-teman saya? Hmmm…teman-teman saya banyak yang sudah nggak di Semarang lagi setelah mereka lulus dan bekerja. Kalaupun ada yang masih stay di Semarang, hanya sebagian kecil. Saya punya waktu bebas hanya saat pagi, sedangkan teman saya pagi bekerja. Saat teman saya sore sudah pulang kerja, saya justru sedang bekerja. Mau ketemuan malam? Saya sih sebenarnya nggak masalah (asal motor saya jam 12 malam bisa masuk kandang), tapi mereka kan nggak bisa begadang lama-lama karena harus berangkat kerja pagi.
Memang sih nggak semuanya. Masih ada beberapa yang masih bisa di ajak ketemuan sekedar mengobrol bertukar cerita. Namun itu hanya sebagian kecil dari sekian banyak teman yang saya miliki. Ya…mungkin memang benar, semakin bertambah usia, maka teman kita semakin berkurang. Semuanya sudah punya kesibukan dan kepentingan masing-masing. Yang tersisa kini mungkin memang benar-benar adalah yang menjadi teman kita.
Seperti kata-kata saya untuk status di facebook :
Setiap orang mengalami perubahan, entah itu orang-orang di sekitarnya, diri kita sendiri maupun keduanya. Ya…entah itu masih melibatkan dunia yang lama ataupun tidak, kini masing-masing sudah punya dunianya sendiri.
Ya…semua di dunia ini mengalami perubahan, sama seperti kehidupan setiap orang yang juga berubah. Semuanya kini sudah punya dunia masing-masing. Seperti halnya teman-teman saya yang sudah punya kehidupan sendiri, saya pun kini sudah punya kehidupan tersendiri.
So, what do you regret? No, I don’t regret it because I have you beside me 🙂
Mungkin saya memang sedang merasa bosan dan jenuh dengan aktifitas saya sehari-hari, tapi bukan berarti saya bosan bertemu dengan orang-orang yang setiap hari saya temui. Karena saya tidak akan bosan dan jenuh untuk bertemu denganmu.
Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Istri seorang ilustrator sekaligus ibu dari 3 orang anak luar biasa. Penyuka kopi yang suka membaca, kulineran, dan jalan-jalan. Blog ini merupakan catatan saya tentang berbagai hal. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca!
Setujuu mba, seiring dengan perjalanan waktu, pada akhirnya kita semua terpisah. Tapi perpisahan bkanlah akhir dr segalanya, pun terpisah dengan jarak dan waktu, sahabat sejati itu akan selalu ada disisi kita 🙂
Yup, benar sekali….sahabat sejati butuh berkali-kali di uji sebelum ia benar-benar layak menyandang gelar sahabat sejati. Tak terkecuali ujian jarak dan waktu 🙂
Seratus untuk mba:)
betewe itu tulisan dr rumpi kan mba?
penulisnya siapa yah? saia lupa euy:D kok rasa2nya saia juga mu nulis hal serupa habis baca postingan mba yg ini 🙂
Iya, itu terinspirasi dari tulisannya mba alov4 di ngerumpi yang judulnya Obrolan Pagi Ini hehehe…Silahkan…silahkan….ditulis…ditulis…hehe 😀
dulu, aku termasuk orang yg ga terlalu butuh sosok pacar, yang ptg banyak tmn2 di sekelilingku, tapi begitu mereka pada punya pacar masing2, aku jadi berpikir udah saatnya aku juga punya, karena aku butuh teman 🙂
Dulu aku juga nggak terlalu butuh pacar, soalnya udah sibuk dengan ikut kegiatan ini itu. Pas punya pacar pun jarak jauh, jadi ya tetap aja nggak terlalu ngefek. Apalagi dulu gebetan dimana-mana hehehe…tapi kalau udah bener-bener jatuh cintrong, bakalan setia dan serius deh. Cuma dulu belum beruntung aja dapet yang setia sama diriku hihihi… 😛