Tentang Bapak, Guru Terfavorit Sepanjang Hidup

Guru merupakan orang yang berjasa bagi kita, maka sudah sepantasnya kita pun menghormati dan menghargai para guru. Sebagai salah satu tanda bahwa guru merupakan profesi yang spesial adalah adanya hari guru. Banyak negara yang memperingati hari guru, salah satunya Indonesia. Di negara kita ini, hari guru diperingati setiap tanggal 25 November.

Berbicara tentang guru, banyak sekali guru yang kita miliki. Mulai dari guru TK, guru SD, SMP, SMA hingga universitas. Tak juga harus beliau yang kita temui di sekolah, namun juga beliau-beliau yang berjasa mengajarkan kepada kita tentang hal-hal yang baru. Kalau Mba Yuli dan Relita tanya siapakah guru favorit saya, maka saya akan menjawab dengan yakin bahwa beliau adalah Bapak saya. Yup, Bapak adalah orang yang menjadi guru paling spesial bagi saya. Bapaklah yang mengajari saya tentang banyak hal. Bapak yang mengajari saya membaca dan menulis. Bapak yang mengajari saya mengaji. Bapak yang mengajari saya sholat. Bapak pula yang mengajari saya naik sepeda dan masih banyak hal lainnya. Ya, Bapak yang mengajari saya tentang banyak hal.  Kebetulan pula, Bapak juga berprofesi sebagai guru. Profesi yang sama dengan kedua adik laki-lakinya.

Saat Bapak masih menjadi seorang guru SD, saya masih ingat betul ketika saya masih kecil saya sering ikut Bapak ke sekolah. Saat Bapak mengajar, saya akan duduk di kursi beliau di dalam kelas. Melihat Bapak mengajar para muridnya. Saat itu saya hanya duduk manis melihat Bapak mengajar. Saat saya masuk TK, setiap berangkat sekolah saya selalu berangkat bareng Bapak dengan menaiki motor jengki miliknya. Saat saya masuk SD, bapak pun dipindah tugaskan menjadi pengawas SD hingga beberapa kali pindah kantor sebelum akhirnya beliau pensiun. Oh ya, kebetulan guru-guru di sekolah semuanya mengenal Bapak. Jadi saat saya SD saya harus benar-benar menjaga sikap. Nggak boleh jadi anak nakal dan diharapkan jadi anak teladan. Ya… bisa dibilang semacam menjaga nama baik Bapak.

Sebagai seorang guru, di rumah banyak sekali buku-buku milik beliau. Saya terkadang suka berburu buku di lemari buku miliknya. Mencari-cari buku yang bisa saya baca. Hingga akhirnya saya pun dibelikan majalah Bobo olehnya, Mungkin Bapak tahu kali ya, kalau anaknya ini hobi baca. Hobi yang sama seperti dirinya. Jadi setiap hari Kamis, saya pun selalu menanti Bapak pulang dengan harap-harap cemas. Begitu sampai rumah, saya akan langsung mengintip tas milik Bapak. Berharap ada majalah favorit saya di dalamnya. Namun jika saya nggak menemukannya, seharian itu saya akan sedih dan kecewa. Sampai akhirnya saya akan merengek sama Bapak untuk membelikannya esok hari.

Aih, saya jadi kangen Bapak. Masih terbayang saat-saat kenangan bersama Bapak. Saya masih ingat betul saat Bapak mengajari saya mengaji. Bapak dengan telaten dan sabar mengajari saya mengenal huruf hijaiyah dengan buku Iqra. Berkat Bapak juga saya akhirnya bisa membaca AlQur-an lebih cepat dibandingkan teman-teman sebaya lainnya. Berbeda dengan teman-teman lainnya yang belajar mengaji di TPQ, saya memilih mengaji sama Bapak di rumah. Biasanya saya mengaji sama Bapak selepas sholat maghrib. Selesai mengaji, saya akan mengerjakan PR sekolah dan Bapak akan menjadi tempat bertanya ketika saya kesulitan mengerjakannya. Saat mengaji berdua bersama Bapak, rasanya ada sensasi tersendiri. Saya merasa lebih dekat dengan Bapak. Ada keintiman antara Bapak dan anak. Ini tentuya berbeda halnya kalau saya mengaji dengan guru TPQ, orang lain yang tidak punya kedekatan emosional dengan saya. Dan kini saya bersyukur sekali atas itu semua karena kenangan tersebut menjadi kenangan indah bersama Bapak.

Tumbuh besar di lingkungan guru, membuat saya cukup tahu suka duka profesi guru, terutama guru SD. Menjadi guru bukanlah profesi yang mudah. Gaji yang diterima tidaklah seberapa, apalagi jika masih menjadi guru honorer. Berbeda dengan guru zaman sekarang yang fasilitasnya lebih memadai dan gajinya lebih terjamin meskipun belum merata di seluruh pelosok negeri. Tapi meskipun Bapak seorang guru, saya sendiri lebih tertarik di bidang lain. Saya merasa saya nggak punya skill mengajar, apalagi mengajar anak-anak. Tahu sendirilah gimana repotnya ngurus anak. Maka dari itu saya salut dan acungkan jempol buat para guru terutama guru TK dan SD. Jika ada yang bilang “guru pahlawan tanpa tanda jasa” saya rasa itu benar adanya. Bagi saya mereka adalah pahlawan kehidupan dan pahlawan favorit saya adalah Bapak. Orang yang nggak cuma menjadi guru bagi murid-muridnya di sekolah, namun juga guru kehidupan bagi anaknya. Bapak menjadi salah satu lelaki terpenting dalam hidup saya. Tanpa adanya Bapak, saya nggak mungkin akan bisa seperti sekarang ini. Terima kasih Bapak, kenangan bersamamu akan selalu hidup dalam hati anakmu ini. Semoga kini engkau tenang di sisi-Nya.

Allaely Hardhiani

Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Istri seorang ilustrator sekaligus ibu dari 3 orang anak luar biasa. Penyuka kopi yang suka membaca, kulineran, dan jalan-jalan. Blog ini merupakan catatan saya tentang berbagai hal. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca!

4 pemikiran pada “Tentang Bapak, Guru Terfavorit Sepanjang Hidup”

  1. Mengingatkan pada bapak saya. Beliau juga adalah seorang guru. Mama saya juga seorang guru.
    Sayang sekali sekarang sudah hidup jauh dari kedua orang tua :'(

    Salam kenal, mba

    Balas

Tinggalkan komentar