Kali ini dapat tema arisan cerita tentang Ibu. Hmm…Kalau ngomongin tentang Ibu, saya jadi kangen sama Mama. Semenjak Mama nggak ada, banyak penyesalan yang saya rasakan. Ya, penyesalan karena belum bisa menjadi anak yang baik buat beliau. Selama Mama masih hidup, saya belum bisa menyenangkan hatinya. Penyesalan itu kian bertambah saat saya kini merasakan bagaimana suka duka menjadi seorang Ibu. Bagi Mba Noorma dan Chela, pasti tahu dong gimana rasanya jadi Ibu.
Kalau dibandingkan dengan Mama, pastinya perjuangan saya sebagai seorang Ibu belumlah seberapa. Bahkan bisa dibilang nggak ada seujung kuku pun. Saya yang baru punya anak satu saja, sudah kerempongan minta ampun. Padahal masih tinggal serumah sama mertua, yang berarti bisa dibilang ada yang bantuin. Saya nggak bisa ngebayangin gimana rempongnya Mama saat harus ngurus saya dan adik saya sendirian.
Bulan Desember bisa dibilang menjadi bulan yang cukup “spesial” bagi saya. Kenapa? Alasan utamanya bukan karena bulan ini adalah hari Ibu, bukan itu. Tapi karena di bulan Desember adalah bulan kelahiran Mama dan ironisnya juga menjadi bulan kepergiannya menghadap Illahi. Jika berdasarkan KTP, Mama lahir tanggal 5 Desember dan di tanggal itu pula, 5 tahun lalu Mama meninggalkan kami semua karena sakit. Bahkan tak berselang lama, tak sampai 2 tahun kemudian Bapak yang merasa kesepian juga menyusul Mama. Aiiih….setiap kali saya teringat beliau berdua, susah rasanya untuk nggak nangis. Bahkan ketika menulis postingan ini, nggak terasa saya tiba-tiba meneteskan air mata. Cengeng ya? Terserah saja sih. Kalau untuk urusan yang satu ini, saya memang lemah dan gampang menangis.
Banyak hal yang saya rindukan tentang Mama. Yang pertama saya kangen sosok cerewetnya. Iya, Mama saya memang cerewet, sama kayak anaknya yang satu ini hehehe…. Dulu jika saya di rumah, jarang sekali saya bisa menikmati hai-hari tanpa kecerewetannya. Tapi kecerewetan Mama tentu saja dalam artian yang positif. Karena alasan itu pula saya kangen akan kecerewetan beliau. Apalagi sifat saya yang memang “mengundang” untuk diceramahi hehehe… Dan sekarang saya bisa merasakannya, bagaimana susahnya menghadapi kecil.
Selain itu, saya juga kangen masakan Mama. Bagi saya, masakan Mama saya adalah the best. Mau sehebat dan seenak apapun hasil masakan koki terkenal, saya lebih suka masakan Mama saya. Mama saya termasuk orang yang pintar memasak dan telaten. Berbagai jenis masakan dan kue, Mama saya bisa membuatnya. Ya, memang masakannya hanya masakan desa yang bahannya juga seadanya. Tapi kalau Mama yang masak, bagi saya terasa istimewa. Masih teringat betul, saat setiap kali pulang mudik saya akan lahap makan masakan Mama. Apapun yang dimasak pasti terasa enak, terutama kalau pas Ramadan. Padahal dengan menu yang sama dan terkadang lebih wah, saat makan dikosan nggak pernah selahap saat makan di rumah. Mungkin gara-gara the magic hand of mother kali yah.
Mama juga pintar bikin kue. Hampir segala jenis kue yang biasanya ada saat lebaran, Mama pasti bisa bikin. Mulai dari jistick (itu loh snack yang kayak stick), kue kacang, kue satu, kue sagu, nastar, kremes, hingga pangsit dan kacang telur. Kalau bikin kue kering untuk lebaran, Mama bikinya nggak nanggung-nanggung. Nggak cuma setoples dua toples, tapi bertoples-toples. Padahal di rumah cuma berempat. Buat apa bikin banyak? Kadang ya buat di bagi-bagi ke saudara. Mama juga orangnya telaten. Kalau ada yang tahu yang namanya kacang umpet (jadi kacang dibungkus pake adonan terus digoreng dan di sangrai dengan gula). Nah, itu mama bisa banget gitu telaten bikinnya. Kalau bikin cuma setoples gitu sih masih mending, lah ini bikinnya banyak banget padahal harus mbungkusin itu kacang sebiji-sebiji. Tentu saja nggak sendirian sih bikinnya. Ada saya dan adik yang jadi pasukan pembantu. Tapi teteplah , pegelnya bungkusin kacang juga kerasa hahaha…
Nggak hanya kue kering saja, Mama saya juga jago bikin kue basah. Mulai dari arem-arem, kue lapis, hingga cake. Dan salah satu penyesalan saya adalah kenapa dulu saya hanya menjadi penikmat masakan dan kue-kue bikinan Mama. Seandainya saya bisa mengulang waktu, saya ingin belajar memasak sama beliau. Belajar bagaimana bisa membuat makanan yang enak. Ya, saya sih beberapa tahu cara membuatnya, tapi saya nggak tahu detail resep dan detail cara membuatnya.
Saya juga kangen untuk ngobrol dan curhat sama Mama. Untuk urusan curhat-curhatan, saya terbilang tertutup sih kalau sama orang tua. Saya baru mulai membuka diri saat menjelang tahun-tahun terakhir kuliah. Ketika menelpon Mama, saya mulai memberanikan diri bercerita lebih banyak. Cowok yang pertama kali saya ceritakan sama Mama adalah sang suami. Bahkan, suami juga menjadi cowok pertama yang saya kenalkan sama Mama. Sayangnya suami hanya sempat bertemu Mama dua kali saja. Yang pertama yaitu saat saya wisuda dan yang kedua saat Mama koma di rumah sakit. Dan momen saat wisuda menjadi salah satu kenangan terindah bersama Mama. Saya sangat bersyukur, bahwa Mama masih sempat menyaksikan anaknya yang satu ini wisuda. Keputusan untuk berhenti kerja demi fokus menyelesaikan skripsi menjadi keputusan salah satu paling tepat yang pernah saya ambil. Karena jika saya tak melakukannya, mungkin Mama nggak akan pernah bisa datang ke wisuda saya. Karena sekitar dua bulan kemudian, Mama pergi.
Well, itu tadi sedikit cerita tentang Mama saya. Seandainya saya bisa, saya ingin mengulang waktu. Kembali ke masa-masa saat Mama masih hidup. Saya ingin meminta maaf atas segala sikap saya yang mengecewakannya dan mengucapkan berterima kasih atas semua jasanya yang sudah mau membesarkan saya. Saya tahu, jasa beliau tidak akan mampu saya balas. Namun saya hanya ingin beliau tahu, betapa saya sangat mencintainya. Bersyukurlah bagi kalian yang masih memiliki orang tua kandung yang masih hidup. Karena penyesalan itu datangnya selalu belakangan.
Nah, itu tadi cerita saya, mana ceritamu?
Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Istri seorang ilustrator sekaligus ibu dari 3 orang anak luar biasa. Penyuka kopi yang suka membaca, kulineran, dan jalan-jalan. Blog ini merupakan catatan saya tentang berbagai hal. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca!
Al fatihah buat Mama dan Bapaknya Alley, big big huugs…
Makasih mba dew.. 🙂
Alfatihah buat ibu dan bapak semoga kwduanya Khusnul khatimah
Aamiinn…Mkasih mb Muna… :*
Kalau kacang telor kan dibungkus jg tuh tp bulet. kacang umpet tuh bungkusnya kyk diplintir, hbs itu digoreng lg di atas gula yg udah cair..istilahnya lupa namanya.
Semoga mama dan papanya mba aley di tempatkan di tempat terbaik di sisi Allah yaa mba..Aamiin.. Mba aley dimudahkan juga dalam mengurus kenji dan keluarga..Aamiin