Tinggal menghitung hari untuk pemilu dan perseteruan kedua kubu pendukung capres sepertinya kian memanas. Pagi tadi seusai subuhan, saya sama suami baca-baca berita tentang pemilu di Internet. Dari berita-berita tersebut, yang kami sayangkan banyak orang atau tokoh yang memilih capres No.1 dan No.2 hanya berdasarkan atas isu atau wacana tertentu. Yang namanya isu dan wacana kan sesuatu yang nggak jelas pasti tidaknya, hanya kasak-kusuk. Anehnya ketika mereka menyatakan tidak memilih salah satu capres tertentu dengan menggunakan kata “katanya”. Nah loh, berarti sebenarnya mereka nggak yakin dong dengan apa yang mereka katakan.
Banyak isu negatif dan black campaign yang disebarkan atas kubu lawan demi meraih simpatisan. Internet pun menjadi media paling mudah untuk menyebarkannya. Hal ini kemudian membuat banyak muncuk “situs-situs berita” dadakan yang pro dan kontra terhadap salah satu capres. Alhasil banyak juga yang terpancing emosinya dan saling serang komentar. Sayangnya, nggak sedikit para pengguna internet yang akhirnya menelan mentah-mentah informasi yang di dapatkannya tanpa cek ricek terlebih dahulu kebenaran berita tersebut. Hal ini tidak berlaku hanya untuk informasi terkait capres saja tapi juga informasi dan berita lainnya. Jadi, alangkah baiknya jika kita tidak langsung percaya begitu saja terhadap suatu pemberitaan tertentu.
Beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengetahui kebenaran berita atau informasi tersebut antara lain:
- Cek terlebih dahulu sumber berita. Kita bisa mengecek sumber berita, misalnya dengan cara mencari tahu bagaimana kredibilitas sumber berita? apakah itu situs berita yang memiliki izin resmi atau bukan? siapakah pembuat/pemilik media tersebut? apakah beritanya dipelintir atau tidak? atau apakah track record si pembuat berita bagus atau tidak? Atau jika kita kenal dengan si objek pemberitaan, kita bisa langsung menanyakannya, sehingga jelas apakah benar/tidak isi pemberitaan tersebut. Terutama di era kampanye seperti sekarang, pemberitaan di suatu media biasanya akan merujuk pada kepentingan pemilik media terutama jika pemiliknya terjun ke politik. Hal ini menyebabkan pemberitaan terkadang tidak berimbang.
- Lihat bukti, fakta dan data. Misalnya bukti data catatan, video/rekaman wawancara atau bisa juga gambar. Dengan adanya bukti nyata tersebut maka akan lebih terpercaya.
- Bandingkan berita dengan sumber lainnya dan lihat referensi pemberitaan. Kita bisa mengetahui fakta tersebut benar atau tidak, salah satunya dengan cara membandingkan dan mengeceknya dengan sumber/media yang lain. Tentunya dengan catatan pembandingnya adalah sumber yang sudah jelas bisa dipercaya. Selain itu kita juga bisa melihat dari referensi pemberitaan yang di buat.
- Baca kesesuaian judul dengan isi berita serta kenali konteks pemberitaan. Sering kali kita membaca berita tidak sampai selesai dan hanya menjudge berdasarkan judul saja. Padahal belum tentu judul tersebut merupakan inti pemberitaan yang sebenarnya. Selain itu kenali juga konteks pemberitaannya, jangan langsung menelan informasi yang di dapat begitu saja. Pahami dan cari tahu lebih dalam,misalnya kenapa peristiwa itu terjadi, kronologi peristiwa, cara untuk mencegah hal itu, dan apa yang harus dilakukan ketika menghadapi hal tersebut.
- Pisahkan opini dan fakta. Ingatlah bahwa pendapat nara sumber atau opini dari si penulis bukanlah fakta, namun hanya cara pandang seseorang dalam menilai/menyikapi suatu hal dan bersifat subyektif. Sehingga tidak bisa dijadikan bukti atau fakta yang menjadikan berita tersebut benar atau tidak.
So, mulai sekarang yuk kita lebih selektif dalam menyaring berita dan informasi yang kita dapat. Gak mau kan kita kena tipu apalagi sampai kehilangan duit *yang ini mah korban penipuan lewat telp keleesss* 😀
Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Istri seorang ilustrator sekaligus ibu dari 3 orang anak luar biasa. Penyuka kopi yang suka membaca, kulineran, dan jalan-jalan. Blog ini merupakan catatan saya tentang berbagai hal. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca!