Lunpia Cik Me Me, Lebih dari Sekadar Lunpia Enak dan Halal

Jika berkunjung ke Semarang, rasanya ada yang kurang kalau nggak menjajal kulinernya. Betul nggak? Dari sekian banyak kuliner yang ada di Semarang, salah satunya yang terkenal adalah Lunpia. Ia pun menjadi salah satu kuliner Semarang yang unik dan ikonik. Terkait nama ‘loen pia’ atau lunpia yang kemudian populer dengan sebutan lumpia, ternyata berasal dari dialek Hokkian dan dalam bahasa Mandarin disebut ‘loen bing’. Makanannya terdiri dari adonan tepung yang tipis bundar, diisi adonan sayuran dan bahan lainnya kemudian dilipat dan digulung. Berbeda dengan daerah lainnya, di Semarang bahan utama isian lunpia berupa irisan halus rebung atau pucuk tunas bambu muda.

Ngomongin soal lunpia, saya sendiri pada awalnya nggak suka dengan makanan ini. Dulu pas pertama kali mencoba makan lunpia (saya pendatang dari kota lain), rasa lunpianya nggak enak. Lunpianya terasa kayak bau gitu dan juga rasanya juga aneh. Saya sampai heran, kok bisa banyak yang suka makan lunpia. Sejak saat itu saya pun nggak pernah mau makan lunpia lagi. Sampai akhirnya, beberapa tahun kemudian sejak kejadian tersebut, saya bisa makan lunpia yang enak. Berarti fix sudah, saat pertama kali makan lunpia saya lagi apes karena makan yang nggak enak hehehe…

Memiliki kesan pertama yang buruk tentang kuliner Semarang yang satu ini, pendapat saya langsung berubah ketika pada akhirnya saya bisa makan lunpia yang enak. Dan tahukah kalian, ternyata lunpia enak pertama yang saya makan tersebut adalah Lunpia Cik Meme.

Yup, jadi dulu saat toko lunpia Cik Me Me (kala itu masih bernama lunpia Delight) belum lama berdiri, saya iseng nyobain beli lunpianya. Kebetulan waktu itu saya sedang nganterin teman beli oleh-oleh. Nah, berhubung sudah sampai di toko dan juga sudah lama banget nggak makan lunpia, saya akhirnya iseng ikutan beli. Eh, ternyata diluar perkiraan saya, rasanya enak. Nggak ada tuh yang namanya bau pesing. Semenjak itulah, saya pun berubah pikiran dan jadi suka makan lunpia.

Dari Lunpia Delight Menjadi Lunpia Cik Me Me

Di Semarang, kamu bisa menemukan banyak penjual lunpia. Terutama jika kamu berada di jalan Pandanaran atau Mataram. Ada yang jualannya di pinggir jalan menggunakan gerobak. Ada juga yang memiliki toko. Nah, dari sekian banyak lunpia yang di jual di Semarang, salah satunya yang terkenal yaitu Lunpia Cik Me Me. Berdiri sejak sekitar empat tahun lalu, toko Lunpia Cik Me Me berada di Jl. Gajahmada No.107, Semarang. Kalau kamu bingung, dari arah simpang lima lurus saja. Nanti nggak jauh setelah perempatan pertama, toko lunpia Cik Me Me berada di sebelah kiri, bersebelahan dengan Istana Buah.

Eh… Bentar deh, kok lunpia Cik Me Me sih? Bukannya yang disitu namanya Lunpia Delight ya? Eits, tenang saja, nggak usah bingung. Lunpia Cik Me Me ya Lunpia Delight alias sama saja. Masih toko yang sama dan yang penting masih pemilik yang sama. Hanya namanya saja yang berganti dari Lunpia Delight ke Lunpia Cik Me Me.

Alasannya? Semua bermula saat Drs. Adi Trihananto, MSi, Sekda Kota Semarang saat memberikan sambutan pada ulang tahun Lunpia Delight pada 2015 mempertanyakan, mengapa kuliner khas Semarang ini dilabeli dengan bahasa asing. Mengapa nggak diberi nama dengan bahasa Indonesia. Dari itulah muncul ide untuk mengganti nama dengan Lunpia Cik Me Me supaya lebih nampak kearifan lokalnya. Pada 2017 akhirnya nama Lunpia Delight resmi berganti nama menjadi Lunpia Cik Me Me.

Nggak hanya namanya saja yang berganti, tapi juga logonya karena ikut menyesuaikan. Fokus tulisan di logo yaitu Lunpia Cik Me Me, namun masih tetap mencantumkan kata “Delight” di ujung atas dari logo. Hal ini dilakukan supaya pelanggan yang sudah terlanjur mengenal dari nama yang lama, tahu bahwa Lunpia Cik Me Me ini merupakan Lunpia Delight yang biasanya mereka nikmati, hanya berganti nama.

Tentang Lunpia Cik Meme

Nah, balik lagi ngomongin soal lunpia Cik Me Me. Memiliki halaman parkir yang cukup luas, toko lunpia Cik Me Me bisa dibilang cukup besar. Dengan model penataan ala cafe, tokonya terasa nyaman dan adem. Nggak cuma bisa take away saja,  kamu juga bisa makan di tempat lo. Jadi kamu bisa menikmati berbagai varian rasa lunpia Cik Me Me sambil ngobrol asyik bareng teman atau keluarga di sini. Oh ya, lunpia Cik Me Me ini pernah dapat penghargaan sebagai lunpia dengan varian terbanyak dari Lembaga Prestasi Indonesia-Dunia (Leprid).

Beberapa varian rasa  lunpia Cik Meme yaitu Lunpia Original (rebung, udang, telur, ayam), Lunpia Plain (rebung),  Lunpia Crab (rebung, daging kepiting pilihan), Lunpia Fish Kakap (rebung, daging ikan kakap pilihan), dan Lunpia Ka Ja Mu /Kambing Jantan Muda (rebung, daging kambing), dan yang terbaru lunpia Raja Nusantara (rebung, jamur merang, kacang mete).

Buat kamu yang vegetarian atau nggak makan daging kayak suami saya, Lunpia Plain, Lunpia Crab dan Lunpia Fish Kakap bisa jadi alternatif. Kalau saya sih paling suka yang varian KaJaMu, kacang metenya terasa empuk dan gurih di mulut. Alhasil bikin lunpianya jadi punya sensasi unik. Kalau suami saya sih paling suka yang lunpia Crab sama Fish Kakap. Secara gitu, dia kan penyuka ikan. Beda lagi sama anak saya Kenzie yang paling doyan sama varian plain. Soalnya dia cuma doyan rebungnya aja hahaha…Eh, tapi meskipun yang plain isinya hanya rebung saja, rasanya nggak kalah enak sama yang lain. Anak saya terbilangnya picky eater, kalau dia makan bisa doyan, berarti emang benar-benar enak.

Nah, semua varian rasa lunpia Cik Me Me ini tersedia dalam 2 jenis yaitu lunpia basah (belum digoreng) dan lunpia goreng (sudah digoreng). Keduanya sih menurut saya sama-sama enaknya karena saat dimakan punya sensasi berbeda. Tapi kalau pas lagi udara dingin atau hujan, kayaknya lebih enak makan lunpia goreng deh. Makannya pas lagi hangat, rasa kulit lunpianya bakalan kriuk dimulut. Apalagi ditambah dengan saus cokelat kental khas lunpia dan daun bawang merah. Dijamin makin maknyus deh.

Oh ya, salah satu ciri khas lunpia Semarang adalah cara makannya yang disertai daun bawang merah muda. Jadi daun bawangnya masih utuh, masih ada bonggol bawang mudanya. Rasanya? Buat saya sih ada rasa manis dan sedikit pedas. Karena masih muda, bawangnya juga nggak bau bawang banget. Malah bisa dibilang nggak berasa bau bawang. Perpaduan lunpia yang manis, gurih, dengan saus cokelat kental ditambah daun bawang muda menciptakan sensasi makan yang unik. Mungkin karena itu pula banyak wisatawan dari luar kota yang doyan sama lunpia.

Sedangkan cita rasa lunpia Cik Me Me yang enak dan nggak bau pesing itu kuncinya adalah dari rebung yang dipilih dan cara mengolahnya. Rebung yang dipakai untuk memasak lunpia bukan sembarang rebung, lo. Hanya rebung pilihan yang digunakan oleh Cik Me Me untuk memasak lunpia. Untuk menjaga kualitas lunpia miliknya, bahkan Cik Me Me sendiri sampai sekarang masih turun tangan untuk memilih rebung yang akan dimasak. Hal tersebut dilakukan karena untuk memilih rebung yang pas untuk tiap varian lunpianya nggak mudah. Kepiawaiannya dalam memilih rebung yang bagus juga nggak didapatkan dengan instan. Dia mempelajarinya sejak kecil dari sang ayah Tan Yok Tjai.

Yup, Cik Me Me merupakan putri bungsu pemilik Lunpia Mataram yang merupakan generasi kedua pendiri Lumpia Mataram, Semarang. Sejak kecil Cik Me Me sudah akrab dengan makanan khas Semarang ini. Ditambah dengan ketertarikannya pada makanan yang berbahan dasar rebung ini, tentu membuat Cik Me Me nggak sekadar tahu bagaimana membuat lumpia yang enak, tapi juga bagaimana menjalankan bisnisnya. Hmm…pantas saja lunpia Cik Me Me terasa enak.

Lunpia Cik Meme Bersertifikat Halal MUI

Selain rasanya yang enak dan punya banyak varian, yang paling saya suka dari Lunpia Cik Me Me adalah lunpianya sudah bersertifikasi halal dari MUI. Dibuktikan dengan adanya sertifikat halal yang dipajang di tokonya, lunpia Cik Me Me bisa dipastikan menggunakan bahan baku yang halal dan aman dikonsumsi kaum muslim. Bahkan lunpia Cik Me Me menjadi lunpia pertama yang mendapat sertifikasi halal dari MUI, lo. Bisa dibilang, lunpia Cik Me Me adalah pelopor lunpia bersertifikat halal.

Meskipun untuk mendapatkan sertifikat halal tersebut cukup merepotkan dan nggak mudah, tapi demi kenyamanan konsumennya terutama yang muslim hal tersebut dia lakukan.  Jadi buat yang muslim nggak perlu was-was kalau mau beli lunpia Cik Me Me. Kamu bisa bebas makan lunpia Cik Me Me sesuka hatimu.

Eh, tapi berapa sih harga lunpianya? Tenang saja, harganya masih terjangkau kok. Sepadanlah dengan kualitas dan rasa yang ditawarkan, bahkan lebih. Cukup merogoh kocek mulai dari Rp 10 ribu – Rp 22 ribu per porsi, kamu bisa menikmati lunpia enak dengan ukuran cukup besar. Yup, saya bilang cukup besar karena memang satu porsi lunpia sudah bisa bikin kenyang, meskipun pada kenyataannya saya tetap nagih, nggak cukup makan hanya satu porsi hehehe…

Fasilitas Toko Lunpia Cik Meme

Seperti yang saya bilang sebelumnya, toko lunpia Cik Me Me memiliki konsep ala cafe.  Terbagi menjadi 2 lantai, Kamu menikmati makan lunpia sambil santai.  Kalau kamu haus juga nggak perlu bingung. Ada banyak jenis minuman yang bisa kamu pilih. Mulai dari air mineral, sari mangga hingga wedang uwuh. Selain itu, tersedia juga jajanan lainnya seperti es krim hingga pancake durian.

Buat kamu yang ingin belanja oleh-oleh khas Semarang lainnya, juga nggak perlu jauh-jauh pergi ke toko lain. Di lantai 1, kamu bisa memilih aneka makanan oleh-oleh khas Semarang lainnya. Mulai dari bandeng presto, kue moaci hingga tape ketan. Cukup di satu toko, kamu bisa belanja banyak. Hemat waktu bukan?

Hal lain yang bikin saya betah di toko Lunpia Cik Me Me adalah adanya playground dan mushola. Meskipun bukan hal utama, tapi buat saya itu jadi fasilitas tambahan yang nggak kalah pentingnya. Sebagai ibu yang sering bawa bocil, keberadaan playground bisa jadi hiburan buat anak-anak. Anak-anak jadi nggak bosan. Mereka bisa main dengan asyik sedangkan emaknya jadi bisa lebih fokus ngerumpi hihihi…

Kalau waktu sholat tiba juga nggak perlu bingung  dan buru-buru cari tempat sholat. Soalnya saya kadang sebel kalau lagi ke suatu tempat dan urusan belum selesai, tapi  sudah waktunya sholat dan nggak nemu tempat sholat. Rasanya bakal nggak tenang dan galau. Jadi buat saya, adanya fasilitas mushola benar-benar membuat nyaman. Dari situ bisa jadi bukti kalau owner benar-benar peduli sama pelanggannya. Kepuasan pelanggan jadi nomor satu. Kalau fasilitas tambahan saja diperhatikan, apalagi kualitas produk yang jualnya. Setuju nggak?

Selain itu, ada ruang meeting yang bisa menampug sekitar 15-20 orang. Dilelngkapi dengan fasilitas AC serta proyektor, ruangan tersebut bisa disewa di hari biasa. Cukup membeli makanan seharga Rp 50 ribu per orang. Kamu bisa memakai ruang meeting secara gratis, selama 3 jam.

Selain datang ke toko langsung, kamu juga bisa membeli lunpia Cik Me Me di gerai yang berada di Bandara Ahmad Yani. Berada dekat dengan pintu keberangkatan, gerai Lunpia Cik Me Me buka sejak pagi buta supaya bisa melayani pelanggan yang naik penerbangan pertama. Varian rasa dan harga yang dijual juga sama dengan yang ada di toko.  Tapi kalau misalnya varian yang di inginkan sedang kosong, nanti akan dipesankan ke toko. Pelanggan cukup menunggu sekitar 15 menit untuk menunggu pesanan sampai ke bandara.

Lalu buat kalian yang malas buat datang ke gerai, kalian juga bisa delivery order. Bisa lewat Go-Food atau menggunakan fasilitas free delivery di 024 3511007 atau 085 100 000 727. Kini kamu nggak perlu bingung lagi buat nyari makanan khas Semarang yang enak dan halal, karena sudah ada Lunpia Cik Me Me yang buka setiap hari dari pukul 05.00-22.00 WIB.

Allaely Hardhiani

Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Istri seorang ilustrator sekaligus ibu dari 3 orang anak luar biasa. Penyuka kopi yang suka membaca, kulineran, dan jalan-jalan. Blog ini merupakan catatan saya tentang berbagai hal. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca!

11 pemikiran pada “Lunpia Cik Me Me, Lebih dari Sekadar Lunpia Enak dan Halal”

Tinggalkan komentar