Cerita tentang HSG #TTC

IMG-20150217-WA0000
Menu pengisi perut setelah HSG

Dipostingan sebelumnya, saya sudah cerita kalau saya ini suspect PCOS. Selain tahu keadaan sel telur saya yang belum normal, saya tentunya juga ingin tahu kondisi kesehatan alat reproduksi saya yang lainnya. Apakah selain sel telur yang tidak normal, ada masalah lain yang menyebabkan saya belum hamil juga. Salah satu pemeriksaan yang saya lakukan yaitu mengecek apakah ada sumbatan di saluran telur atau tidak melalui HSG (Histerosalpingografi).

Sebenarnya sudah dari dulu ingin HSG, hanya saja selain terkendala biaya saya juga perlu waktu untuk mempersiapkan mental. Kenapa? karena saya takut jika hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Sehingga saya menundanya, meskipun sebenarnya dokter Sp.OG saya juga belum meminta saya untuk tes HSG. Namun daripada saya penasaran, akhirnya saat terakhir konsul ke dokter beberapa waktu lalu, saya memberanikan diri untuk minta HSG. Supaya jika memang ada masalah akan lebih baik tahu lebih awal dan bisa segera di obati. Saya kemudian diberi surat rujukan untuk HSG di RSIA Gunung Sawo yang dokternya perempuan.

Tapi emang nih saya lagi-lagi kelupaan untuk tanya sama dokter, kapan sebaiknya saya HSG. Saya baru sadar begitu pulang kontrol. Akhirnya saya pun bertanya sama mbah Google, kapan waktu ideal untuk HSG. Jawabannya beragam, namun rata-rata menganjurkan HSG di hari ke-9 sampai hari ke-11 dari hari pertama haid terakhir. Meski ada juga yang bilang hari ke-9 sampai hari ke-14 dan ada pula yang mengatakan hari ke-6 pun sudah bisa, yang penting setelah berhenti haid. Sebenarnya saya nggak akan bingung kalau jadwal praktek dokter radiologinya setiap hari. Tapi ternyata setelah telp ke pihak rumah sakit, dokter radiologinya hanya praktek hari Kamis dan Senin saja. Itu artinya adalah hari ke-8 (Kamis) dan hari ke-12 (Senin) setelah haid pertama saya. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya saya memilih untuk HSG di hari ke-12.

Oh ya, apa itu HSG? HSG yaitu Pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG), dikenal juga dengan pemeriksaan uterosalpingografi, adalah pemeriksaan sinar X dengan memakai cairan kontras yang dimasukkan ke rongga rahim dan saluran telur (tuba fallopi). HSG ini biasanya dilakukan untuk mendiagnosa adanya infertilitas. Namun selain infertilitas, HSG juga memiliki indikasi yang cukup banyak, diantaranya : kelainan kongenital pada uterus, perlengketan uterus (sindrom Asherman’s), pemeriksaan sebelum myomectomy,pendarahan abnormal pada uterus, operasi tuba fallopi atau lokalisasi IUD (Intra Uterine Device).

Lalu kapan sebaiknya pelaksanaan HSG? Yang terpenting setelah haid selesai namun sebelum ovulasi terjadi. Sehingga biasanya dilakukan antara hari ke-9 sampai hari ke-11. Karena di anggap jika hari ke-9 yang haidnya 7 hari sudah bersih dan hari ke-11 belum terjadi ovulasi. Karena untuk yang siklusnya normal, bisa jadi hari ke-12 sudah masuk ovulasi. Namun untuk yang siklusnya tidak teratur atau lebih lama maka biasanya ovulasinya juga mundur. Kalau dari berbagai info yang saya dapat dari googling, waktu yang tepat untuk HSG sebenarnya berbeda-beda untuk tiap orang. Tergantung dari siklus haidnya. Yang terpenting saat melakukannya harus sudah bersih dari haid dan belum terjadi ovulasi. Untuk amannya maksimal adalah hari ke-14.

DSC_0088 (1)
Salah satu foto rontgen HSG

Saya sendiri memilih melakukan HSG di hari ke-12 dengan pertimbangan hari ke-12 lebih aman. Kebetulan saya bersih di hari ke-6. Takutnya saat hari ke-8 vagina dan rahim saya masih sensitif, kalau tetap HSG kan bahaya kalau cairan kontrasnya masuk ke pembuluh darah karena nanti bisa-bisa masuk dan mengganggu kesehatan paru-paru. Sedangkan kalau hari ke-12, saya yakin kalau sudah aman. Risikonya jika ternyata sudah ovulasi dan tetap HSG maka sel telurnya akan rusak terkena cairan kontras dan sinar X. Bagi saya itu tidak masalah, karena sel telur yang rusak akan terganti dengan sel telur baru saat haid berikutnya. Selain itu saya juga siklus haidnya lama dan nggak teratur, jadi ovulasinya juga mundur. Tapi kalau ada yang mau HSG dan bingung, lebih baik tanya sama dokternya saja. Selain itu sebelum pemeriksaan juga ada prosudernya kok termasuk di tanyai kapan haid terakhir. Nantinya dokter radiologi akan memutuskan bisa atau tidak untuk HSG berdasarkan riwayat kesehatan kita.

Oh ya, HSG juga dilarang dilakukan jika sedang menderita infeksi pada daerah vagina atau memiliki penyakit menular seksual. Karena kemungkinan infeksi bisa menjalar ke rahim dan tuba Jadi bila ada, pastikan ini diobati dulu sebelum melakukan HSG. Dilarang juga untuk berhubungan seks sebelum dilakukan HSG, karena proses kehamilan mungkin saja terjadi. Bila proses kehamilan tengah terjadi dan dilakukan HSG, tentunya janin akan menjadi rusak karena HSG menggunakan sinar radioaktif. Minimal tidak berhubungan suami istri 2-5 hari sebelum HSG. Selain karena kemungkinan hamil juga supaya kondisi vagina kita tidak sedang sensitif akibat dari hubungan suami istri. Info lebih lengkap tentang HSG bisa cek di sini.

Nah, lanjut ke cerita saya lagi yah hehehe….Akhirnya hari Senin pun tiba. Diantar suami, sore sebelum jam 3 berangkat ke RS karena jadwal jam 16.00. Sampai sana 30 menit lebih awal dan disuruh mengisi biodata dan sebagainya termasuk suat pernyataan. Setelah sholat ashar, sambil menunggu dokter saya juga disuruh untuk tes pack untuk meyakinkan bahwa saya tidak sedang hamil. Sekitar jam 5 sore, dokternya pun datang dan saya langsung menuju ruang HSG. Kebetulan hari itu hanya ada 2 pasien dan saya yang pertama. Di ruang HSG, saya lalu disuruh ganti baju dan buang air sebelum pemeriksaan.

Pemeriksaannya sendiri terhitung cepat. Hanya sekitar 10 menitan untuk memasukkan cairan kontrasnya. Saat alatnya dimasukkan, rasanya emang agak nggak nyaman, seperti kalau kita USG trans V. Saat cairan dimasukkan sempat kerasa mules kayak nyeri haid tapi itu hanya sebentar, mungkin hitungan detik. Yang penting rileks dan jangan tegang. Kalau tegang malah sakit. Setelah selesai saya lalu di suruh untuk bersih-bersih di WC dan kembali lagi untuk foto rontgen dan berganti baju lagi. Proses HSG saya sendiri dari awal masuk sampai keluar ruangan hanya berlangsung sekitar 30 menit saja. Dan untuk hasilnya bisa diambil sekitar 30 menit-1 jam kemudian. Ternyata HSG nggak sesakit seperti yang saya bayangkan. Dan lebih baik sebelum HSG nggak perlu googling untuk mencari tahu sakit/tidaknya, karena kalau kebanyakan baca komentar yang negatif malah nanti kitanya kepikiran dan stres sendiri.

DSC_0088
Hasil tes HSG

Selesai HSG, kami diberi semacam nota untuk pengantar membayar di kasir. Total biaya yang harus kami bayar adalah Rp 640.000 untuk biaya test pack (Rp 30.000)+HSG (Rp 575.000)+administrasi (Rp 35.000). Sedangkan untuk biaya dokter free, entah kenapa. Mungkin karena dokter radiologinya ternyata kenal dengan dokter SpOG saya *hasil mengobrol selama pemeriksaan*. Padahal kalau bayar biaya dokternya kalau tidak salah Rp 150.000. Alhamdulilah, lumayan berhemat hehehe….Karena perut kami kelaparan, kami lalu makan di kantin RS sambil menunggu hasil pemeriksaan. Setelah sholat maghrib kami pun langsung mengambil hasilnya dan alhamdulilah kedua tuba saya dinyatakan patent serta tidak ada kelainan. Senang sekali rasanya saat melihat hasil pemeriksaan dinyatakan normal 🙂

Nah, buat yang ingin melakukan HSG, jangan ragu-ragu dan jangan takut. Lebih cepat lebih baik. Jadi jika memang ada kelainan bisa segera di obati lebih awal. HSG itu juga nggak sakit kok, asal kitanya nggak tegang. Kalaupun sakit ya nggak apa-apa, toh buat kebaikan kita juga. Semoga hasilnya sesuai dengan harapan. Siapa tahu setelah HSG bisa hamil, karena cairan kontrasnya katanya juga mengandung antibiotik yang sekaligus bisa membersihkan saluran tuba falopi kita, sehingga melancarkan jalan si sperma 😉

Allaely Hardhiani

Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Istri seorang ilustrator sekaligus ibu dari 3 orang anak luar biasa. Penyuka kopi yang suka membaca, kulineran, dan jalan-jalan. Blog ini merupakan catatan saya tentang berbagai hal. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca!

2 pemikiran pada “Cerita tentang HSG #TTC”

Tinggalkan komentar