Kamu punya sahabat? Hmm, mungkin ada yang jawab iya dan juga enggak. Well, ini tergantung bagaimana kamu mendeskripsikan tentang makna seorang sahabat. Mungkin bagi sebagian besar di antara kamu bakalan setuju jika sahabat adalah orang selalu ada untuk kita pada saat apapun. Bahkan, saking dekatnya mungkin kamu akan merasa bahwa mereka sudah seperti saudara. Ya, dan saya pun setuju dengan hal tersebut. Eh, tapi kalau menurut mba Tanty dan mba Ade gimana nih? Apakah punya pemahaman yang berbeda?
Nah, kalau ada yang tanya, siapakah sahabat yang paling dekat dengan saya? Tentu saya akan menjawab dia adalah sang suami. Kenapa? Karena bagi saya dialah orang yang menjadi partner hidup yang saya pilih untuk menemani hingga akhir hayat. Wajar saja bukan, jika saya menjadikan orang yang jelas-jelas akan menjadi partner seumur hidup sebagai sahabat terdekat? Lalu yang masih single? Ya, kalau yang masih single kan masih ada keluarga seperti orang tua atau saudara. Betul nggak?
Berhubung sahabat terdekat saya ini pak suami, jadi kalau ada masalah apapun saya pasti curhatnya ke suami duluan. Saya dan suami kalau ada apa-apa saling cerita. Kami bakalan terbuka satu sama lain. Kalau ada masalah, ya suami yang bakalan saya ceritain duluan. Secara gitu, saya kan sudah jadi tanggung jawab dia. Begitupun sebaliknya dengan suami. Dia juga akan menceritakan apapun yang terjadi pada dirinya. Dengan kami saling bercerita masalah yang kami alami, kami pun jadi bisa saling mendukung satu sama lain.
Saya curhatin tuh semuanya ke dia, mulai dari unek-unek pribadi yang nggak jelas, hingga masalah yang seriusan seperti hutang piutang. Yes! benar loh, saya dan suami tuh selalu cerita kalau diantara kami punya hutang, bukan cuma hutang uang tapi juga hutang yang lain misalnya hutang puasa. Bukannya apa-apa, takutnya nanti yang punya hutang meninggal. Misalnya saya masih hutang puasa lalu tiba-tiba saya meninggal dan nggak ada yang tahu saya punya hutang puasa kan bisa repot. Apalagi masalah hutang duniawi, kalau nggak dilunasin, nanti bahaya kalau ditagihnya di akhirat. Betul nggak?
Oya, masalah curhat-curhatan ini penting lo bagi kehidupan rumah tangga. Kenapa? Karena jika ada suami istri yang justru curhat masalahnya bukan pada pasangannya, melainkan ke orang lain maka itu artinya kemungkinan dia merasa pasangannya nggak mengerti apa yang diceritakan. Tiap kali curhat dengan pasangan, ujung-ujungnya malah bertengkar. Gagal memberi solusi. Semua itu karena mereka nggak bisa menjadi sahabat yang baik untuk pasangannya. Sering ditemui bukan ada suami yang curhat pada teman perempuan satu kantornya. Atau seorang istri yang lebih memilih laki-laki lain menjadi tempatnya berbagi cerita. Well, bukan nggak mungkin berawal dari curhat biasa berlanjut menjadi hubungan lain bukan?
Selanjutnya, sebagai sahabat tentunya harus saling percaya dong. Jadi, sebagai istri saya pun percaya pada suami saya. Percaya saja sih kalau suami saya itu orang lurus-lurus saja, nggak neko-neko. Bukan tanpa sebab, lo. Saya bilang begini karena saya tahu dan mengenal betul siapa suami saya. Sedari dulu saya kenal dia nggak pernah macam-macam karena saya pernah kerja bareng suami. Dimana saat itu, setidaknya dari siang sampai malam selalu satu atap di kantor. Kalau dia ada indikasi dia “nakal” mah, belum tentu sekarang saya nikah sama dia. Soalnya dulu mau putus nggak punya alasan yang oke karena dia orangnya memang benar-benar baik hahahaha….. Begitu pun sebaliknya, suami juga sudah tahu juga saya kayak gimana orangnya. Jadi, kalau kamu sama pasanganmu bawaannya hanya curiga, lebih percaya orang lain daripada pasangannya, mendadakan kamu belum menjadi sahabat setia nih. Suami selalu mencurigai istri, dan istri selalu mencemburui suami.
Oya, sama seperti sahabat pada umumnya, saya dan suami juga pernah ribut dan berantem. Sama halnya kayak pasangan rumah tangga lainnya juga yang pastinya kadang ada ribut-ribut kecil. Buat saya sih ribut atau berantem kadang-kadang juga perlu, biar nggak bosenin hehehe… Justru perlu dipertanyakan juga tuh kalau dalam sebuah hubungan adem ayem dan sama sekali nggak pernah ada perdebatan. Nggak masalah kok berantem, tapi yang terpenting harus baikan lagi dan tentunya berantemnya bisa bikin kita jadi lebih baik. Masa sih mau berantem gara-gara hal yang sama berulang-ulang,nggak mau dong ya.
Well, sahabat yang baik itu adalah sahabat yang selalu ada di saat suka maupun duka, saya setuju itu. Maka dari itu, bukankah sangat logis jika sahabat terdekat dan terbaik kita seharusnya adalah keluarga kita. Apalagi sebagai teman hidup, tentu suami juga sangat mungkin menjadi sahabat terbaik dalam hidup kita. Karena bagaimana pun, hampir setiap hari kamu dan dia berinteraksi untuk membuat hubungan semakin erat.
So, Jika ada sahabat diluar keluarga yang selalu ada buat kita, maka nggak berlebihan jika kita menyebutnya keluarga. Setujukah kalian? Dan bagi saya sendiri, sahabat sekaligus keluarga terdekat saya adalah pasangan hidup saya. Nah, kalau kamu sendiri bagaimana, siapakah sahabat terdekatmu?
Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Istri seorang ilustrator sekaligus ibu dari 3 orang anak luar biasa. Penyuka kopi yang suka membaca, kulineran, dan jalan-jalan. Blog ini merupakan catatan saya tentang berbagai hal. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca!