Kali ini saya mau cerita tentang pengalaman sunat anak kedua saya yaitu Faruq. Sebenarnya saya dan suami memang sudah berencana untuk menyunatkan Faruq sedari tahun lalu. Namun karena terkendala biaya dan lain-lain sehingga masih tertunda.
Nah, pas bulan November 2022 lalu, tiba-tiba ada info sunatan massal gratis di grup WA RT tempat tinggal kami. Acara sunatan massal ini di adakan dalam rangka ulang tahun salah satu instansi pemerintah. Tempatnya pun di rumah sakit tak jauh dari rumah.
Selain gratis, yang bikin menarik adalah peserta sunatan massal mendapatkan berbagai fasilitas, mulai dari makan siang, uang transport dan souvenir beragam. Melihat ini, jiwa hemat saya pun bangkit dan kepikiran buat menawarkan Faruq untuk ikut sunatan.
Tanpa ba bi bu, saya pun menanyakan si bocah apakah mau di sunat atau nggak. Tentunya dengan iming-iming di akan dapat hadiah peci, baju kok, tas, sarung hingga botol minum. Selain itu juga habis sunat akan dibelikan es krim dan burger. Tentunya dia setuju.
The Day
Singkat cerita, hari H pun tiba. Kami sampai RS sekitar jam 8 pagi dan mendapatkan nomor antrian 128 dari total 200 peserta. Setelah menunggu lama hingga 2 jam lebih, Faruq pun mulai bosan. Sempat cemas juga kalau Faruq rewel dan batal sunat. Alhamdulilah, nggak lama kemudian namanya di panggil untuk pemeriksaan. Sekitar jam 10.45, Faruq pun di panggil untuk mulai tindakan sunat.
Di temani ayahnya, Faruq katanya sempat nangis karena takut di suntik. Namun alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Sekitar 15 menit kemudian dia pun keluar ruangan tanpa menangis. Sebagai emak, ada rasa haru dan bangga. Gimana nggak bangga, bisa dibilang dia peserta paling kecil di antara sekitar 200 peserta sunat. Apalagi saat anak lain yang lebih besar ada yang menangis hingga di gendong orang tuanya, dia malah anteng dan jalan sendiri. Wajar dong, kalau emaknya ini bangga hehehe…
Namun, sepertinya situasi yang tenang tersebut nggak berlangsung lama. Setelah mengambil obat dan souvenir serta menyelesaikan urusan administrasi lainnya, kami pun segera pulang. Keluar rumah sakit hingga masuk mobil masih aman terkendali. Namun sekitar lima menit keluar RS barulah Faruq mulai rewel nangis merasa kesakitan. Dibujuk-bujuk mau makan es krim dan beli burger pun nggak mempan. Masih tetap rewel, alhasil dia saya suruh mengunyah obat anti nyeri berupa tablet. Sambil menangis, Faruq pun terpaksa mengunyah tabletnya dan diglontor air minum supaya rasa pahitnya hilang.
Karena obatnya nggak langsung bekerja, sepanjang perjalanan hingga sampai rumah dia nangis terus. Saking merasa kesakitan, dibujuk makan es krim atau nonton juga nggak mempan. Malahan es krimnya di makan si ayah. Kami yang di dalam mobil pun hanya bisa menghiburnya untuk sabar. Karena memang nggak bisa melakukan apa-apa untuk mengurangi rasa sakitnya. Antara merasa kasihan namun juga lucu melihat tingkahnya saat itu. Barulah setelah sampai rumah, rasa nyerinya mulai berkurang dan dia bisa tidur.
Setelah Sunat
Hingga sore hari, Faruq pun tertidur. Saat terbangun rasa nyerinya juga sudah mulai hilang. Bahkan dia sudah mulai aktif main bersama kakaknya. Lari kesana kemari, loncat-loncat seperti biasanya kayak nggak habis sunat. Mungkin ini karena pakai celana sunat juga, jadi nggak terasa sakit.
Kini yang jadi PR adalah, saat dia harus pipis. Penisnya kan diperban dan tentunya lukanya masih basah dan sakit. Padahal kalau pipis kemungkinan besar kan mbleber dan nggak mungkin juga dong kalau nggak dicebokin. Menurut dokternya untuk membersihkan pipisnya cukup di lap aja pakai tisu basah. Tapi saat melakukannya, Faruq tetap kesakitan jika penisnya terkena sentuhan. Jadi selama sekitar 3 hari, sempat kerepotan untuk membersihkan pipisnya.
Lalu mandinya? Tentu saja selama 3 hari dia bisa dibilang nggak mandi. Bau? Ya, nggak bau-bau amat sih. Daripada mandi terus dia rewel karena kesakitan.
Setelah Lepas Perban
Setelah 3 hari, sebenarnya dia harusnya kontrol ke puskemas. Tapi nggak kami lakukan. Kenapa? Karena kami merasa dia baik-baik saja, dalam artian lukanya nggak ada masalah. Jadi akhirnya kami memutuskan untuk di rumah saja.
Oh ya, selama 3 hari setelah sunat, perban sunatnya Faruq belum dibuka. Sebenarnya bingung juga sih, kapan seharusnya dibuka dan ganti perban. Dan mungkin sebenarnya dibukanya ya pas cek kontrol ke faskes. Namun akhirnya gara-gara Faruq ngompol, terpaksa deh mau nggak mau dibuka perbannya. Ya gimana lagi, soalnya air kencingnya kena ke perban. Selain itu, mau nggak mau jadinya harus di siram dong penisnya.
Alhamdulillah, pas dibuka perbannya cukup mudah. Saat disiram ternyata Faruq juga nggak merasa kesakitan, asal nggak disentuh atau dipegang penisnya. Alhasil, rencana untuk ganti perban dibatalkan dan kami biarkan saja terbuka hanya memakai celana sunat.
Oh ya, setelah dibuka, terlihat luka sunatnya membengkak. Selain itu juga ada sedikit nanah dan darah yang mengering di sekitar lukanya yang cukup sulit dibersihkan. Tenang saja, itu normal kok. Nantinya darah keringnya akan luruh dan bersih dengan sendirinya asal sering dibersihkan atau disiram air. Karena kalau dipaksa dibersihkan si bocah akan kesakitan. Jadi ya pelan-pelan saja.
Untuk Faruq sendiri, lukanya baru benar-benar sembuh sekitar 10 harian kalau nggak salah. Baru dia bisa pakai celana dalam biasa. Itupun kalau dipegang penisnya katanya masih terasa sakit. Sekitar 2 mingguan, bengkak pada penisnya juga sudah mulai kempes.
Hasil Sunat Bermasalah
Namun sayangnya, setelah bengkaknya kempes itu, saya baru menyadari kalau potongan sunatnya nggak rapi karena masih menyisakan kulup yang banyak hingga menutup sebagian kepala penis. Jujur saya kecewa dan sedih karena hasilnya nggak sesuai ekspektasi.
Akhirnya saya pun kembali bertanya ke pak suami. Ternyata, kata pak suami pas Faruq di sunat dokternya nggak berani motong kulupnya lebih pendek lagi karena takut anaknya rewel dan malah kena daging. Jadi yang setahu saya (setelah melihat di Youtube) harusnya saat disunat kulupnya ditarik kedepan, lalu dipotong sesuai panjang kepala penis.
Nah, harusnya kulupnya di potong lagi dengan teknik tertentu hingga menyisakan kulup pada batas kepala penis, tapi ini nggak dilakukan dan malah langsung dijahit. Pas masih bengkak, kepala penisnya sih masih terlihat terbuka semua, namun setelah kempes dan sembuh bengkaknya, kepala penisnya tertutup sebagian dan jahitannya terlihat kurang rapi.
Mengetahui hal tersebut, saya pun akhirnya berkonsultasi online lewat telemedicine. Menurut dokter, hasil sunat anak saya itu memang kurang bagus karena masih menyisakan banyak kulup. Apakah harus disunat ulang? Dokter menyarankan untuk menunggu sekitar 3-4 tahun lagi hingga Faruq berumur 7-8 tahun untuk observasi. Karena penisnya masih dalam masa pertumbuhan. Nanti jika setelah di observasi ternyata kepala penisnya tetap tertutup, ya mau nggak mau harus sunat ulang.
Ya sudahlah, tunggu nanti Faruq sudah umut 7-8 tahun lagi. Karena kalaupun di sunat ulang dalam waktu dekat, Faruq juga nggak mau karena trauma. Bahkan meski sudah dibujuk dengan hadiah-hadiah juga tetap nggak mau. Jadi ya tunggu beberapa tahun lagi deh. Dan nanti saya pastikan dia benar-benar mendapat dokter yang bagus dan pakai metode sunat yang nggak bikin sakit. Nggak papa deh bayar mahal asal hasilnya bagus dan memuaskan.
Jadi buat kalian yang anaknya mau sunat apalagi ikut sunat massal, pastikan dokternya nggak asal nyunat ya. Dan kalau ada yang tanya, kapan waktu terbaik untuk sunat? Menurut saya waktu terbaik untuk sunat adalah saat anak umur 7-9 tahun. Saat anak sudah agak besa, namun sebelum dia akil balig.
Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Istri seorang ilustrator sekaligus ibu dari 3 orang anak luar biasa. Penyuka kopi yang suka membaca, kulineran, dan jalan-jalan. Blog ini merupakan catatan saya tentang berbagai hal. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca!
Sebenarnya sunat massal ini bagus, karena membantu juga, Mbak. Hanya sesuai pengamatan saya, memang banyak kejadian hasilnya kurang bagus. Mungkin karena antrean banyak, maka terburu-buru. Akhirnya kasihan anaknya.
Jadi sesuai pengalaman saya, lebih baik disunat mandiri saja. Krucil saya selesai sunat, tidak harus cek ke dokter lagi. Saya yang menangani sendiri sampai sembuh.