Masa Kecil Yang Tak Terlupakan

Sudah sejak lama saya pengin cerita tentang masa kecil saya, tapi belum kesampaian mulu. Eh, kok kebetulan banget tema arisan blog dari mba Anjar dan Mba Nia tentang masa kecil hehehe… Ngomongin masa kecil, sebenarnya nggak terlalu istimewa-istimewa amat. Biasa-biasa saja gitu, sama kayak teman-teman yang lain. Tapi itu dulu…entah kenapa, sekarang malah menurut saya masa kecil saya itu istimewa banget. Masa kecil saya jadi berasa amazing dan special. Kenapa? Hmm…mungkin karena sekarang saya jarang menemukan anak-anak yang memiliki masa kecil seperti saya. Lah, memangnya masa kecil saya kayak gimana sih?

Kalau disuruh ngomongin masa kecil, yang paling berkesan bagi saya adalah permainan masa kecil saya. Tahu sendiri dong, namanya juga anak-anak, kerjanya ya main hehehe…. Eits, tapi mainnya tentunya beda sama anak zaman sekarang. Apalagi kalau dibandingin sama anak sekarang yang mainnya sama gadget. Beuh….beda jauh boo….

Zaman saya kecil, nggak kenal tuh sama yang namanya gadget. Jangankan ada smartphone canggih kayak sekarang, handphone saja saya nggak punya. Bahkan yang namanya TV, dulu tuh di dusun cuma ada satu atau dua rumah doang yang punya. Dan salah satunya di rumah saya. Itupun TV-nya masih hitam putih dan cuma ada TVRI. Kalau nonton TV di jam tertentu ruang tengah rumah bakalan ramai dan penuh sesak dengan para tetangga yang ikutan nonton. Tapi seiring berjalannya waktu, TV di rumah saya sekarang malah kalah canggih sama TV tetangga hehehe….

Nah, ngomongin permainan masa kecil, saya masih ingat banget mainan pertama saya itu pesawat terbang. Iya, mainan pesawat terbang warna hitam dan itu saya yang milih sendiri. Bukan boneka ala-ala barbie macam kebanyakan anak perempuan lainnya. Saya bahkan bisa dibilang nggak punya boneka di rumah. Berbanding terbalik dengan teman-teman perempuan saya yang punya bejibun boneka. Eh, sebenarnya punya sih boneka, ada dua boneka, satu boneka beruang sama boneka anak dari plastik, itupun lebih seringnya cuma jadi pajangan.

Selain itu, saya juga sukanya main kelereng sama teman laki-laki. Meski lebih sering kalahnya sama mereka hehehe… Nggak cuma main kelereng saja, saya juga suka main layang-layang. Nah, main layangan ini jadi permainan favorit saya. Kalau sudah musim main layang-layang, hampir semua anak-anak bakalan ikutan. Meskipun mayoritas yang main anak laki-laki, tapi ada juga perempuannya tapi cuma beberapa saja termasuk saya.

Biasanya kami main layang-layang bareng, di jalan depan rumah, di lapangan atau di sawah. Paling seru kalau mainnya sambil tanding sama layang-layang lain, terutama kalau layangannya milik anak dari dusun lain. Pernah juga ngejar layang-layang putus sampai ke dusun lain hingga berebutan.

Saking sukanya main layang-layang, saya sampai punya beberapa layang-layang. Saya sih hanya beli satu atau dua layang-layang saja. Sedangkan sisanya saya dapat dapat dari nemu layang-layang rusak, lalu saya ambil ambil rangkanya saja dan saya bikin layang-layang baru dengan kertas lain. Biasanya sih saya bikin pakai kertas koran. Jadi kalau pas main layang-layang,tapi kok layang-layang yang saya bawa kurang oke terbangnya, saya pulang ke rumah dan ganti dengan layang-layang lain. Kulit saya bahkan sampai terlihat belang banget, njeplak baju sama celana pendek karena panas-panasan. Tapi nggak masalah, saya sih cuek-cuek saja, malah berasa eksotis hahahaha…

Nggak cukup sampai disitu saja ketomboian saya. Saya juga hobi panjat pohon sama main di sungai. Tapi pohonnya juga bukan pohon yang gede-gede juga sih. Ngapain manjat pohon? Ya kalau pohonnya pohon buah ya buat ngambil buahnya. Soalnya dulu di kebun belakang rumah punya banyak pohon buah. Mulai dari jambu air, jambu bol, jambu biji, sirsak, hingga mangga. Kalau nggak ada buahnya ya paling ngambil sarang burung atau sekadar main bersantai ria di pohon hehehe…

Sedangkan kalau main di sungai, biasanya sih ramai-ramai. Campur anak laki sama anak perempuan. Mainnya di sungai yang terletak nggak terlalu jauh di belakang rumah. Kadang malah mainnya sama anak-anak yang tinggal di seberang sungai.

Eits, tapi kalau di sungai kita mandinya pakai baju ya…jadi nggak telanjang. Ya, sekadar main air saja sebenarnya. Mulai dari berenang ala-ala gaya batu sampai loncat indah dari atas jembatan bambu dengan ketinggian sekitar 3-4 meter kayaknya. Tuh kan tomboi banget kan? Tapi biar lebih maksimal lagi, kayaknya kurang seru kalau nggak ada acara berantem sama anak laki deh. Dan yes, saya pernah tuh berantem sama teman laki saya. Hasilnya? Ya…kalah sih, tapi nggak kalah telak hahaha…

Eh tapi meskipun tomboi gini, saya ada sisi keperempuanan loh. Buktinya saya kadang masih suka kok main lompat tali, main kecik atau main bola bekel sama teman-teman perempuan. Kadang juga main pasar-pasaran. Pura-pura jual-jualan kayak dipasar. Yang dijual apaan? Yang dijual berbagai macam tumbuhan dan daun-daunan, mulai dari pohon pakis, daun mangkok, hingga cakra-cikri. Cukup perempuan kan? hehehe….

Nah, itu tadi kenangan masa kecil saya nggak terlupakan. Sebenarnya masih banyak banget permainan mas kecil lainnya. Mulai dari egrang (dan saya jago loh main egrang), main sunda manda, main tembak-tembakan dengan pistol mainan yang terbuat dari bambu, hingga balon tiup. Buat saya itu adalah masa kecil yang berkesan dan bahagia.

Kalau lihat anak kecil zaman sekarang. Duh…kok rada gimana gitu, ironis menurut saya. Permainan anak zaman sekarang hampir semuanya mayoritas serba teknologi. Mereka lebih suka main gadget, main tab, main PS, game online hingga asyik sendiri dan parahnya lupa sama sekitarnya. Tidak adanya lahan dan wahana permainan untuk mereka menjadi salah satu penyebabnya. Terutama bagi yang tinggal di kota-kota besar, bakal susah menemukan lahan kosong untuk bermain.

Beruntung saya dulu tinggal di desa. Yang masih asri, masih punya banyak lahan kosong untuk bermain dan belum terjamah era digital. Dan saya berharapnya, anak saya bisa merasakan kebahagiaan masa kecil kayak saya. Saya nggak mau Kenzie jadi anak “modern” kayak sekarang. Saya lebih suka Kenzie main tanah, main layang-layang, panas-panasan, meski jadi hitam dan kotor. Dibandingankan dia jadi anak pecandu gadget, yang asyik sendiri dan nggak kenal lingkungan. Dan untuk itu saya berencana bakal sering-sering bawa pulang Kenzie mudik ke Purwokerto. Dimana lingkungan di sana lebih cocok untuk mengeksplor alam.ย So, itu tadi ceritaku tentang masa kecil, adakah yang mengalaminya seperti saya? hehehe….

Allaely Hardhiani

Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Istri seorang ilustrator sekaligus ibu dari 3 orang anak luar biasa. Penyuka kopi yang suka membaca, kulineran, dan jalan-jalan. Blog ini merupakan catatan saya tentang berbagai hal. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca!

5 pemikiran pada “Masa Kecil Yang Tak Terlupakan”

  1. Masa kecil yang sangat bahagia ya mbak Alle, semua jenis permainan sudah pernah dilakukan. Saya dulu juga permainannya hampir sama mbak. Bahkan kalau ngejar layang-layang sampai nubruk-nubruk karena berlari sambil matanya melihat ke atas ๐Ÿ™‚

    Iya anak sekarang mainnya gadget terus ya mbak. Saya sedih juga kalau anak saya kelamaan pegang hp, sukanya film Korea lagi. Makanya saya usahakan untuk buat kegiatan di luar rumah atau piara hewan biar nggak fokus hp terus ๐Ÿ™‚

    Balas
  2. Aku mengalami semua yg kamu ceritakan tadi, Alley ๐Ÿ˜€ Menyenangkan sekali lah pokoknya dulu, lebih well socialized, ngumpul terus sama teman2 sekampung. Aslinya dulu aku anak yg pendiam, sukanya menyendiri. Cobak klo kondisi lingkungan udah kayak sekarang, sepertinya aku ya bakalan kayak gitu terus hahahaa.. Berhubung dulu sering banget diampiri teman untuk main bersama, lambat laun sifat menyendirinya terkikis dikit2. Walhasil kayak sekarang, rada2 bocor ๐Ÿ™‚ Surga banget ya masa kecil kita dulu.

    Balas

Tinggalkan komentar