Hari ini, tanggal 20 Oktober 2018 adiknya Kenzie genap berumur 2 bulan. Bayi berjenis kelamin laki-laki yang kami beri nama Faruq tersebut alhamdulilah lahir dengan selamat tepatnya pada hari Senin, 20 Agustus 2018 lalu. Lahir pukul 19.11 WIB, saya nggak menyangka kalau adiknya Kenzie bakal lahir lebih cepat dari perkiraan. Kenapa? Pasalnya HPL-nya tanggal 25 Agustus. Sebenarnya saya sendiri galau juga, antara pengin cepat lahir dan antara nanti-nanti saja. Why?
Saya pengin si kecil pengin cepat lahir karena rasanya sudah nggak karuan. Badan saya nggak enak buat aktivitas. Nggak bebas gerak, apalagi kalau yang berhubungan dengan posisi rebahan. Cuma buat geser perut saja sakit euy. Perut dan daerah miss V juga terasa nyeri, kayak njarem gitu. Tenggorokan mulai nggak enak dan tanda-tanda seperti mau radang. Takutnya kalau sampai kena batuk pilek kan bahaya. Bisa-bisa nggak bisa lahiran normal.
Selain itu, alasan lainnya adalah takut kalau BBJ bakalan naik lagi. Pasalnya, oleh dokter BBJ diperkirakan sekitar 3,6 kg. Padahal, melihat riwayat pesalinan sebelumnya yang di vacum, BBJ nggak boleh lebih besar dari si kakak. Karena bisa-bisa di vacum lagi. Apalagi saya tingginya nggak nyampai 155, jadi takutnya kalau kegedean nggak bisa lewat panggul tuh bayi. That’s why, saya pengin adiknya Kenzie segera lahir saja.
Sedangkan di sisi lain, penginnya sih lahir nanti-nanti saja. Kenapa? Soalnya pak suami kemarin dari tanggal 17 – 20 Agustus ada pameran di luar kota. Saya nggak mau dong, adiknya Kenzie lahir nggak ditemani bapaknya. Selain itu, saya belum prepare ini dan itu juga sih. Dulu pas Kenzie semua persiapan barang yang mau dibawa ke rumah sakit sudah saya siapkan jauh-jauh hari. Tapi persalinan kali ini saya nyantai banget. Bahkan kemarin barang-barang baru saya siapkan dan masukkan ke koper sebelum berangkat ke rumah sakit dan di saat menahan kontraksi hehehe…Baju-baju bayi juga baru di cuci dua hari sebelumnya. Pokoknya beda bangetlah sama kehamilan pertama.
Lalu, alasan lainnya juga saya pengin mematangkan persiapan menghadapi persalinan. Seperti misalnya latihan pernafasan dengan renang, prenatal yoga, gym ball, pijat perinium dan lain-lain. Maksudnya biar lebih maksimal menghadapi persalinan. Karena jujur saja, persiapan persalinan ke dua ini saya merasa nggak maksimal. Beda sekali dibandingkan saat yang pertama.
Well, dan pada akhirnya hanya Allah yang Maha Mengetahui kapan waktu terbaik bagi saya untuk melahirkan. Sampai akhirnya atas kuasa-Nya, saya bisa melahirkan tanggal 20 Agustus kemarin. Dan saya bersyukur sekali bisa melahirkan di waktu tersebut. Alasannya? Waktu kelahiran adiknya Kenzie jika berdasarkan penanggalan Islam mengikuti Arab Saudi, maka dia lahir tanggal 10 Dzulhijah atau pas hari raya Idul Adha, sesuai dengan keinginan pak suami. Selain itu, ternyata pascapersalinan, besoknya saya langsung kena batuk pilek. Nggak kebayang kalau saya melahirkan besok-besoknya, mungkin batuk pilek yang saya derita akan menjadi penghalang saya melahirkan secara normal. Bahkan bisa-bisa saya harus operasi caesar.
Nah, soal cerita saat persalinan kemarin, bisa dikatakan hmmm… agak dramatis menurut saya. Yes, karena pakai cerita pak suami masih di luar kota. Jadi, ceritanya hari itu pak suami masih pameran di Pemalang. Rencananya dia mau pulang siang jam 2 dari Pemalang. Sebelum jam 2 siang, saya sudah mules-mules tuh, tapi mulesnya ya memang mules karena buang hajat sih. Baru deh, setelah jam 2 siang, kayak mules teratur sekitar 10-15 menit sekali. Masih sempat menidurkan Kenzie, saya pun menghubungi pak suami supaya buru-buru pulang.
Sampai akhirnya makin lama kontraksi makin sering. Sekitar jam 16.30 saya pun memutuskan untuk mandi menggunakan air hangat. Maksudnya biar enakan dan jaga-jaga kalau harus ke rumah sakit. Sehabis mandi, saya pun akhirnya mencoba menghitung kontraksi memakai aplikasi. Dan eng ing eng…. kontraksinya rata-rata sudah hampir 2-3 menit sekali. Hmm, saya masih ragu juga sebenarnya. Benar nggak sih ini kontraksi asli? Soalnya saya belum keluar slam. Sambil packing barang-barang ke koper dan ngebujuk Kenzie mandi serta memantau pak suami, kontraksi makin terasa dahsyat. Tapi yang bikin kesal adalah, saat tahu pak suami sudah sampai Semarang tapi malah pakai acara mengantar teman-temannya ke studio. Padahal dari awal sudah dibilangin, untuk langsung pulang ke rumah saja, biar mereka pulang ke studio naik ojol. Rasanya pengin saya jambak-jambak deh itu rambut suami (yang nggak bisa dijambak).
Saat maghrib, karena lapar tapi nggak nafsu makan dan pas nggak ada makanan juga sih di rumah, akhirnya saya makan kurma tiga biji buat asupan energi. Selepas maghrib, rasanya sudah nggak tahan dan akhirnya langsung minta mertua yang baru saja selesai sholat untuk buru-buru mengantarkan ke rumah sakit. Bersama mertua dan Kenzie, saya pun segera ke rumah sakit dan pak suami dari studio langsung menuju ke RS juga. Diperjalanan kontraksi sudah makin sering dan saya hanya bisa berdoa sambil menahan rasa sakit kontraksi.
Alhamdulilah, jalanan saat itu nggak terlalu ramai. Sekitar jam 18.30-an, saya sampai di RS Hermina Pandanaran. Saya langsung ke IGD dan oleh perawat langsung di antar ke ruang persalinan. Sementara Kenzie sama neneknya nunggu di luar. Di ruang bersalin, saya sendirian dan beneran deh itu rasanya nggak enak banget. Saat di cek VT, saya ternyata sudah bukaan 4. Setelah itu, langsung deh, kontraksi makin kuat dan nggak berapa lama hasrat untuk mengejan makin besar.
Dan percayalah kelahiran setiap anak itu memang berbeda-beda. Berbeda seperti saat kelahiran Kenzie, saat melahirkan adiknya saya benar-benar ngeblank, bingung nggak tahu apa yang harus dilakukan, pengin nangis, pengin marah, pokoknya nggak karuan deh. Apalagi saya sendirian, nggak siapa-siapa saat mengerang menahan sakit dari kontraksi di ruang persalinan. Perasaan saya campur aduk. Nggak ada yang bisa ngasih dukungan buat saya. Nggak ada yang bisa saya pegang dan remas tangannya saat gelombang cinta datang. Bahkan, pinggiran kasur yang bisa buat pegangan juga nggak ada. Ngenes banget nggak sih. Dah gitu, lagi kontraksi malah ditanya biodata sama si perawat. Bikin sebal nggak sih?
Nggak lama baru deh, si perawat terus manggil pak suami untuk masuk. Begitu masuk, langsung deh itu pak suami saya peluk dan ketika tiap kontraksi datang saya cengkeram kuat-kuat pak suami sejadinya. Sambil menunggu dokter datang, perawat dan bidan segera mempersiapkan semua peralatan untuk si bayi. Nggak lama kemudian saya kembali di cek pembukaannya dan ketubannya dipecah. Karena dokternya nggak kunjung datang, bidannya pun memberitahukan kalau sementara persalinannya akan dibantu oleh mereka saja.
Akhirnya, dibantu seorang bidan dan perawat, saya pun mulai mengejan sesuai intruksi. Dengan sekuat tenaga melawan rasa sakit, saya pun mengambil posisi terlentang dengan kedua kaki didekatkan ke paha dan tangan memegang pergelangan kaki. Nggak lupa juga saat mengejan saya berusaha nggak mengangkat pantat untuk menghindari robekan perinium (meski tetap saja pada akhirnya harus dilakukan episiotomi). Alhamdulilah, adiknya Kenzie lahir juga setelah sekitar tiga kali mengejan. Pada akhirnya, saya pun melahirkan hanya dengan bantuan bidan dan perawat saja. Dokter kandungan saya baru datang sekitar 30 menit kemudian hanya buat menjahit saja.
Setelah adiknya Kenzie lahir, dia lalu dibersihan terlebih dahulu oleh perawat di ruang terpisah. Hmm, padahal sebenarnya saya pengin langsung IMD saja. Barulah setelah sekitar 30 menit kemudian, saat saya sedang dijahit oleh dokter, bayi saya diantarkan untuk IMD. Sayangnya itu juga nggak lama, mungkin sekitar 10 menitan. Katanya perawat nggak bisa lama-lama takut bayinya nanti kedingingan karena badannya mulai agak membiru. Saya pun pasrah saja, meski sebenarnya saya pengin IMD lebih lama.
Oh ya, kali ini dokternya saat saya tanya berapa jahitan, bilangnya sih dikit karena nggak ngitung juga, tapi kira-kira hanya sekitar 3 cm. Haduh dok, itu mah bukan jahit lagi tapi di obras. Tapi ya nggak apa deh, yang penting sudah lahir dengan lancar. Sudah nggak terlalu peduli juga mau dijahit berapa. Cuma berbeda dengan yang pertama, kali ini dokternya jahitnya sekali jahit antara bagian dalam dan luar. Selain itu, pesalinan kali ini pas dijahit lebih terasa cekit-cekit pas dijahit dibandingkan dengan yang pertama. Mungkin beda dosis obat biusnya kali ya. Secara yang pertama, selain beda dokter juga bayar sendiri. Sedangkan kali ini bayarnya pakai BPJS.
Lalu, kalau dibandingkan dengan proses persalinan Kenzie, persalinan ke dua lebih cepat namun juga sakitnya lebih berasa. Bayangkan saja, sampai RS 18.30-an sudah bukaan 4 dan jam 19.11 si kecil sudah lahir. Dan jujur saja, keberadaan pak suami yang menemani dan ngasih semangat itu benar-benar ngaruh banget buat saya. Semuanya jadi terasa lebih mudah. Hmm, nggak kebayang kalau saya melahirkan nggak ditemani sama pak suami. Btw makasih ya pak suami, sudah datang tepat waktu. Begitu ayahnya datang, si kecil nggak lama kemudian lahir. Makasih juga ya nak, kamu sudah mau nunggu ayah datang.
So, itu tadi pengalaman saya saat persalinan anak ke-dua. Maafkan ya kalau celotehan saya ini panjang bin lebar plus nggak jelas hehehe… Sudah lama juga nggak curhat sepanjang ini. Buat yang tanya, gimana rasanya kontraksi? Kalau buat saya sih, rasanya itu kayak perut kita mules nggak karuan. Selain itu, saat sudah mau bukaan lengkap akan ada dorongan untuk mengejan kayak kita mau buang hajat. Bedanya ini rasanya kayak 1000 kali lipat.
Kalau menurut saya sih, bagian yang paling nggak enaknya adalah saat harus dorongan untuk mengejan sudah datang tapi belum boleh mengejan karena bukaan belum lengkap. Beneran deh itu sulit banget. Karena kalau sampai mengejan belum saatnya, yang ada nanti malah bahaya. Nggak cuma perinium bisa robek lebih parah tapi juga rahim bisa turun. Soalnya ada saudara yang kejadian maksa mengejan sebelum waktunya hingga akhirnya rahimnya sampai turun atau gimana gitu, yang jelas akhirnya rahimnya harus diangkat dan dia nggak bisa hamil lagi. Jadi, wajar saja kalau bumil disuruh sering latihan senam kegel. Karena emang benar-benar ngaruh.
Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Istri seorang ilustrator sekaligus ibu dari 3 orang anak luar biasa. Penyuka kopi yang suka membaca, kulineran, dan jalan-jalan. Blog ini merupakan catatan saya tentang berbagai hal. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca!
Selamat buat kelahiran yang kedua nya ya mbak. Turut berbahagia
Terima kasih mba… 🙂