Desperate Daughter, Am I?

“Apa kabarnya? Gimana sudah dapat kerjaan belum? Jangan lupa solat, kalau bisa tiap malam bangun tahajud. Sempetin juga baca Qur’annya meski cuma beberapa ayat”. 

Begitulah kira-kira isi pesan dari Bapak sebelum akhirnya beliau (kembali) menelpon saya. Bukan sekali dua kali saya mendapatkan pesan seperti itu dari Bapak, namun sudah berkali-kali, tak terhitung banyaknya sejak saya wisuda sekitar 5 bulan lalu. Selain bertanya kabar, pertanyaan (wajib) selanjutnya adalah tentang kehidupan karir anaknya ini. Kalau sudah begitu, saya seringkali lebih banyak hanya meminta do’a restu dari beliau. Mohon di do’akan agar anak tertuanya ini segera mendapatkan pekerjaan yang terbaik. Ah…padahal tanpa diminta pun, kau  selalu menyebut anakmu dalam setiap do’a-do’amu. Acap kali setiap mendengar suara Bapak  diujung telepon, saya hanya bisa bergumam sedih dalam hati,

Maafkan anakmu ini Pak, belum bisa membahagiakanmu. 

Maafkan anakmu ini Pak, karena seharusnya sekarang sudah bisa menggantikan posisimu menjadi tulang punggung keluarga.

Maafkan anakmu ini Pak, belum bisa menjadi anak yang berbakti.

Jangan tanya sama saya, sudah berapa banyak lamaran pekerjaan yang saya kirimkan. Apakah saya yang terlalu pilih-pilih pekerjaan? Ya…saya memang pilih-pilih pekerjaan, namun masih dalam batas wajar. Pantangan terbesar saya cuma ada dua saja kok. Pertama, saya nggak mau pekerjaan bidang sales/marketing karena saya ini nggak pandai jualan. Pantangan kedua, asalkan nggak di luar Jawa karena orang tua saya takut susah bertemu kalau kangen sama saya. Selain dua hal tersebut, kriteria pekerjaan yang saya ingin juga tidak muluk-muluk dan tidak ada syarat khusus. Saking desperate-nya jadi  pegawai yang jadi job seeker, saya yang tadinya sangat antipati  untuk bekerja di kota metropolitan bernama Jakarta, tapi kini kebanyakan lamaran pekerjaan justru saya tujukan ke kota tersebut. Apa mau dikata, perputaran uang memang paling banyak ada di Jakarta.

Jika memang saya mendapatkan pekerjaan di sana, saya pun ikhlas jika nantinya harus berjibaku dengan “keganasan” ibukota yang tak pernah saya inginkan. Tak apa jika dengan begitu saya bisa membahagiakan orang tua. Tak menjadi persoalan jika dengan demikian saya bisa mempunyai uang lebih sekedar untuk biaya berobat Bapak. Tak mengapa jika pada akhirnya saya bisa membiayai kuliah adik saya. Apakah impian saya itu terlalu tinggi untuk saya capai? Rasanya tidak bukan? Selain berusaha dan berdo’a, saya hanya tinggal menunggu jawabNya. Mungkin Dia sedang menguji kesabaran dan kesungguhan saya. Saya percaya, suatu saat nanti semua mimpi-mimpi saya tersebut akan dikabulkan olehNya satu persatu.  Entah cepat atau lambat dan entah dengan cara bagaimana. Dia punya caraNya tersendiri.

Bapak, bersabarlah….semoga anakmu ini bisa segera mewujudkan mimpinya tak lama lagi. Kembali membuatmu tersenyum ceria dan bahagia, setidaknya senyum yang sama seperti saat kau menghadiri upacara wisuda anakmu ini.

I miss you as always,

Allaely Hardhiani

Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Istri seorang ilustrator sekaligus ibu dari 3 orang anak luar biasa. Penyuka kopi yang suka membaca, kulineran, dan jalan-jalan. Blog ini merupakan catatan saya tentang berbagai hal. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca!

5 pemikiran pada “Desperate Daughter, Am I?”

  1. Meski memang di Jakarta, gaya hidup dan juga segala sesuatunya berbeda dibandingkan di tempat lain. Tidak ada salahnya untuk mencoba terus, 😉

    Jika Allah sudah menyiapkan rezeki yang pantas bagi hambanya di tempat mana pun Ia inginkan. Insya Allah, rezeki yang diterima akan tetap berkah dan membawa kebaikan bagi yang menerimanya.

    So semangat terus! Sesungguhnya Ia sesuai dengan prasangka hambanya.

    Balas
    • Iya neh Om…Insyaallah selalu berprasangka baik padaNya. Kalau kita sungguh-sungguh saya sih yakin, insyaallah nggak ada yang sia-sia. Mungkin saja Allah sedang menyiapkan kejutan indahnya, tinggal mengikuti aturan mainNya dan insyaallah akan indah pada waktunya 🙂

      Balas
  2. Padahal kerja paling enak itu ya marketing.. Kalo sudah mencapaui target, tinggal ongkang-ongkang kaki terima bonus. :)) Sering jalan-jalan lagi..

    Gudlak ya.. Moga cepet dapat kerjaan yang sesuai..

    Balas
    • Itu buat yang pintar merayu, kalau diriku? hadeeehh..paling ga bisa ngerayu huhu…kan tiap orang beda passionnya :D. Amiinn…makasih do’anya 😀

      Balas

Tinggalkan komentar