Lady Gaga, The Mother Monster Has Been Rejected

Siapa yang tidak kenal dengan Lady Gaga? Hampir semua muda-mudi pecinta musik di dunia ini setidaknya pernah mendengar namanya. Memiliki nama lengkap Stefani Joanne Angelina Germanotta, ia memang perempuan yang kontroversial. Mulai dari  lirik-lirik lagunya hingga penampilannya yang ‘unik’ dan membuat banyak orang menggeleng-gelengkan kepala.

Di Indonesia, Lady Gaga sedang menjadi hot topik terutama karena pembatalan konsernya saat para little monster (sebutan fans Lady Gaga) menanti berjumpa Mother Monster (julukan Lady Gaga) yang hanya tinggal menghitung hari saja. Sebelum terjadi penolakan konser oleh pihak kepolisian Indonesia, perempuan yang terbilang nyleneh tersebut sebenarnya juga sempat mendapat beberapa penolakan terkait kedatangannya di beberapa negara. Beberapa di antaranya yaitu Malaysia, Filipina dan Korea Selatan. Tidak hanya itu saja, beberapa lagu dan albumnya pun ada yang mendapatkan penolakan untuk ditayangkan di sejumlah stasiun TV dan radio di negara seperti Cina, Lebanon, Australia, Arab hingga Singapura yang sebelumnya juga sempat pula terjadi penolakan akan kedatangan perempuan kelahiran 28 Maret 1986 tersebut.

Apa pasal?

Penolakan tersebut dikarenakan banyak yang menilai Lady Gaga membawa efek buruk, baik secara religius, sosial, etika, budaya dan moral. Isi lirik lagunya dan penampilannya, baik dalam video klip maupun saat konser dianggap tak hanya mengandung unsur pornografi dan homoseksual semata namun juga menghina agama tertentu karena menggunakan simbol-simbol agama dengan tidak sepantasnya. Julukan setan atau iblis pun melekat padanya.

Entah apapun alasannya menolak ataupun menerima si Lady Gaga, sebenarnya saya sih nggak terlalu peduli. Hanya saja yang saya sayangkan cara penolakan dan cara pembatalan konser yang menurut saya rada gimana gitu….Kalau menolak mbok ya ada baiknya dilakukan jauh-jauh hari, bukan saat konser tinggal menghitung hari. Kalau  masalahnya terkait penampilan yang seronok dan sensual, ada baiknya sebelum terjadi deal pelaksanaan konser, si Lady di kasih tahu kalau mau konser di Indonesia boleh saja asalkan dengan syarat bla bla bla….Kan kasian juga tuh, yang pada mau nonton dan udah beli tiket tapi akhirnya konser dibatalkan. Saya yakin, biaya yang mereka keluarkan untuk mendapatkan kesempatan menonton aksi Lady Gaga tidaklah sedikit. Bukan, di sini bukan hanya biaya uang tiket konser saja, namun biaya dalam arti semua pengorbanan yang harus dilakukan.

Selain itu sebaiknya penolakan pun dilakukan dengan cara yang elegan dong, jangan melakukan hal-hal yang merugikan kepentingan umum. Kalau mau demo ya berdemolah dengan damai dengan cara yang “dewasa”. Ironisnya, dari beberapa pemberitaan yang saya baca, aksi yang dilakukan beberapa pihak yang menolak kedatangan si Lady pada kenyataannya tidak se-elegan alasannya. Misal, ada yang bawa anak kecil dalam aksi demonya dan lebih parahnya lagi adalah aksi penolakan yang dilakukan oleh anak SD yang terjadi di Blitar, Jawa Timur yang menginjak-injak dan membakar poster sang Lady. Isn’t it right? Menurut saya kok itu sudah terlalu melenceng jauh yah.

Memang benar alasan para gurunya untuk menolak Lady Gaga demi melindungi moral anak-anak. Tapi benarkah cara yang guru tersebut lakukan? Padahal anak secara hukum dianggap belum cakap untuk bertindak hukum. Dan hukum di Indonesia pun sebenarnya melarang pelibatan anak dalam aktifitas politik praktis (seperti unjuk rasa dan kampanye) dan pelibatan anak dalam aksi yang mengandung unsur kekerasan baik kekerasan pada fisik maupun pada benda. Coba deh baca Pasal 15 huruf d UU No 23/2002 tentang Perlindungan Anak bahwa “Setiap anak berhak atas perlindungan dari pelibatan dalam peristiwa yang mengadung unsur kekerasan”. Itu sih menurut pendapat saya loh ya… Mulai dari uang hingga waktu dan tenaga untuk mengantri berebut mendapatkan tiket. Besarnya uang yang dikeluarkan mungkin bukanlah menjadi masalah utama jika dibandingkan perjuangan dapat tiketnya itu loh! Karena saya tahu, itu bukanlah hal mudah.

Saya bukan mau mengecam ataupun mendukung  Lady Gaga. Saya juga bukan fansnya Lady Gaga, mendengarkan lagunya saja hanya sesekali yang bahkan itu pun tanpa saya tahu artinya *ketahuan deh hehehe* 😛 Bagi yang mengatasnamakan agama, tentu menolak Lady Gaga dengan berbagai upaya. Para Little Monster pun lantas dianggap sebagai pengikut setan. Namun di sisi lain, ada juga yang menganggap sosok Lady Gaga sebagai simbol kebebasan seperti yang diungkapkan oleh Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat untuk Indonesia Scott Marcie. Diberitakan oleh situs inilah.com, ia menilai bahwa penolakan Lady sebagai penolakan terhadap kebebasan (liberalisme) *wajar saja sih, Lady kan salah satu warganya*.

Nah, kalau ada yang tanya sama saya , apakah menurut saya Lady Gaga itu setan, iblis, manusia atau bidadari? Saya sendiri juga nggak tahu dan nggak mau tahu. Kalau masalah aqidah mah, itu terserah masing-masing saja. Yang terpenting mah buat saya, saya ngaca sama diri sendiri saja dulu apakah saya sudah melakukan aqidah saya dengan benar atau belum? Saya ndak mau nunjuk si A, B atau C itu setan atau bukan. Kita kan ndak pernah tahu, bukankah kalau kita menunjuk sesuatu, hanya satu jari yang mengarah ke yang ditunjuk dan sisanya mengarah pada diri kita sendiri? Kalau nggak mau dengerin lagunya Lady Gaga, yo wes mendingan ikutan saya aja dengerin Super Junior 😀

Allaely Hardhiani

Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Istri seorang ilustrator sekaligus ibu dari 3 orang anak luar biasa. Penyuka kopi yang suka membaca, kulineran, dan jalan-jalan. Blog ini merupakan catatan saya tentang berbagai hal. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca!

Satu pemikiran pada “Lady Gaga, The Mother Monster Has Been Rejected”

  1. hheheheheh

    iya juga.. ^_^

    emang bangsa kita masih banyak belajar, mari belajar mengajar demi bangsa indonesia yang lebih baik…

    Balas

Tinggalkan komentar