Selain buku, saya juga suka nonton film. Tapi kalau untuk yang satu ini, jujur saja saya jarang sekali nonton di bioskop, kecuali filmnya benar2 bagus atau gratisan hehehe…Saya lebih seneng nonton film di laptop saja, baik itu download atau streaming. Kenapa nggak nonton di bioskop? Yang pertama yang jelas nonton di laptop lebih irit. Yang kedua hemat waktu, nggak perlu cari jadwal dan sebagainya. Kalau mau nonton ya tinggal buka laptop saja. Yang ketiga, harus jagain si Kenzie di rumah, secara gitu belum bisa bawa Kenzie nonton. Tapi kalau kayak mba Untari sih sudah bisa ngajak anaknya nonton bareng. Apalagi yang belum punya anak kayak mba Ira Sulistiana pastinya lebih leluasa kalau mau nonton di bioskop.
Dari berbagai film yang pernah saya tonton, sebenarnya banyak sekali film yang saya suka. Tapi dari sekian banyak tersebut ada beberapa film yang menurut saya sangat inspiratif. Salah satu film inspiratif yang patut kalian tonton menurut saya adalah film The Pursuit of Happyness (2006). Film ini merupakan film biopik yang based on a true story alias diambil dari kisah nyata. Berlatar belakang tahun 1981, The Pursuit Of Happyness bercerita tentang Chris Gardner (Will Smith) seorang salesman yang berhasil menjadi pialang saham kaya raya. Perjuangannya sampai akhirnya bisa menjadi sukses tentunya tidaklah mudah. Banyak lika-liku dan kesulitan yang harus dia lalui. Berawal dari dirinya yang menginvestasikan seluruh tabungannya ke scanner tulang yang portable, namun ternyata keputusannya tersebut salah. Scanner yang dijualnya mahal dan tidak laku. Ia akhirnya menjadi bangkrut, hingga istrinya Linda (Thandie Newton) juga meninggalkan Chris bersama anaknya Christopher (Jaden Smith). Kondisi keuangan Chris juga menjadi semakin parah. Dia juga diusir dari pemilik rumah kontrakan karena sudah tidak membayar biaya sewa berbulan-bulan. Bersama dengan anaknya, Chris sampai harus tinggal di toilet dan kamar mandi di stasiun Kereta Api dan mengunci pintunya agar bisa tidur di dalamnya.
Suat saat ia pun ke kota bertujuan menjual scannerya. Dalam keadaan putus asa, secara tidak sengaja, Chris bertemu dengan seseorang yang membawa Ferrari berwarna merah. Chris langsung bertanya kepada orang itu,
“Wow, I gotta ask you two questions. What do you do? And how do you do that?”
“Saya harus menanyakan 2 pertanyaan kepadamu. Apa pekerjaanmu dan bagaimana caramu untuk bisa mendapatkan mobil mewah ini?” Orang tersebut menjawab bahwa ia adalah seorang pialang saham. Dari sinilah perubahan hidup yang dibuat oleh Chris setelah ia memutuskan untuk berkarir sebagai pialang saham. Chris akhirnya menerima tawaran magang tanpa dibayar di sebuah perusahaan pialang Dean Witter Reynolds. Dia bersama 19 peserta magang lainnya bersaing untuk menjadi satu orang yang akan dinyatakan lulus dan bekerja di perusahaan tersebut. Selain harus belajar dan bekerja magang di kantor Dean Witter, dia masih harus berusaha menjual alat scan yang tersisa untuk dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dan anaknya. Usaha keras dan perjuangan dari Chris Gardner akhirnya membuahkan hasil, hingga akhirnya ia berhasil menjadi peserta magang terbaik dan diterima bekerja di Dean Witter Reynolds. Beberapa tahun kemudian, ia mendirikan perusahaan pialang sendiri, Gardner Rich.
Menonton film membuat saya berurai air mata. Melihat perjuangan Chris untuk anaknya, saya benar-benar merasa terharu. Kalau kalian tidak merasa sedih dan terharu saat menonton film ini, buat saya itu akan mengherankan. Dari film The Pursuit of Happyness ini, menurut saya banyak pelajaran yang bisa di ambil diantaranya:
- Nggak ada yang nggak mungkin. Dari film ini kita belajar, asalkan kita berusaha, segala sesuatu itu mungkin. Orang yang miskin, tinggal di jalanan, bukan tidak mungkin suatu saat nanti dia bisa menjadi orang sukses dan kaya raya. Kisah Chris Gardner menjadi contohnya bahwa semua impian kita bisa terwujud, asalkan kita pantang menyerah menghadapi kesulitan yang datang.
- Jangan hanya menyalahkan orang lain atas kegagalan kita, tapi lakukan tindakan nyata untuk mengubahnya. Jika kita mengalami kegagalan, seringkali kita akan menemukan banyak alasan dan menyalahkan orang lain atas kegagalan tersebut. Seperti halnya Chris, dia bisa saja menyalahkan istrinya yang meninggalkannya, menyalahkan orang yang menawarkan peluang alat kedokteran yang membuatnya bangkrut. Hingga menyalahkan Tuhan atas nasib buruk yang menimpanya. Dia bisa saja mencari kambing hitam untuk kegagalannya, namun dia tidak melakukannya. Yang dia lakukan justru mengambil tanggung jawabnya dan melakukan tindakan nyata untuk merubah nasibnya. Memang bukan hal yang mudah untuk melakukannya. Namun dengan hanya berkeluh kesah dan menyalahkan yang lain atas situasi yang terjadi, semuanya itu tidak akan merubah apapun. Yang perlu dilakukan adalah mengambil langkah nyata untuk merubah situasi yang ada.
- Kegagalan adalah sukses yang tertunda. Well, mungkin itu ada benarnya. Jika Chris tak salah mengambil keputusan, dia mungkin tidak akan gagal dan bangkrut. Tapi jika dia tidak gagal dan bangkrut, mungkin dia tidak akan pernah menjadi sesukses sekarang. Di dalam hidup, ada saatnya kita mengambil keputusan yang salah, tapi itu adalah hal yang wajar. Dari keputusan yang salah tersebutlah kita belajar menjadi lebih baik. Kita belajar dari kesalahan kita tersebut dan di masa datang kita bisa mengambil keputusan yang benar. Untuk menjadi sukses tentu tidak mudah. Kita harus berani mengambil keputusan, tentunya dengan segala risikonya. Jika kita tidak berani mengambil keputusan karena takut gagal, maka kita tak akan pernah sukses.
- Pantang menyerah dan jaga impian kita. Seburuk apapun keadaannya, janganlah kita menyerah terhadap impian kita. Memang susah untuk mewujudkannya, tapi bukan berarti mustahil. Chris berusaha mewujudkan impiannya sebisanya dengan pantang menyerah meskipun itu sulit. Selain itu kita juga perlu untuk menjaga impian kita agar kita bisa fokus mewujudkannya. Ini dapat kita lihat dalam salah satu adegan, dimana Chris mengajarkan akan pentingnya menjaga impian kepada anaknya Christopher:
“You got a dream, you gotta protect it. People can’t do something themselves, they wanna tell you that you can’t do it. You want something? Go get it. Period” - Love and affection. Dari film ini, kita dapat belajar banyak tentang cinta dan kepedulian dari hubungan Chris dengan anaknya Christopher. Bagaimana Chris tetap bertanggung jawab terhadap anaknya, meskipun istrinya meninggalkan mereka. Chris berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya. Demi anaknya pula ia mendapatkan semangat untuk terus maju dan pantang menyerah. Semua kesulitan dia lalui demi kebahagiaan anaknya. Kita sebagai penonton tentu dapat melihat kecintaan dan kepedulian antara ayah dan anak tersebut dalam sikap mereka satu sama lain.
Nah, itu tadi beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari film The Pursuit of Happyness. Selain kisah hidup Chris Gardner yang penuh tragedi, hal menarik lainnya dari cerita dalam film tersebut adalah hubungan Ayah-Anak Chris dan Christopher. Diperankan oleh Will Smith dan Jaden Smith yang memang bapak-anak betulan, chemistry yang di dapat sangat klop sekali. Jadi kalau kita nonton filmnya, bakalan terasa banget aura keluarganya. The Pursuit of Happyness bagi saya adalah film yang tidak membosankan, sangat realistis, rapi dan unik. Saya jamin, film ini layak banget untuk kalian tonton karena film ini bagi saya LUAR BIASA.
Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Istri seorang ilustrator sekaligus ibu dari 3 orang anak luar biasa. Penyuka kopi yang suka membaca, kulineran, dan jalan-jalan. Blog ini merupakan catatan saya tentang berbagai hal. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca!