Awal Mei kemarin, saya dan suami ke Jakarta. Niat utama sih menghadiri resepsi pernikahan teman kuliah saya. Tapi tentunya sayang gitu loh, kalau kami jauh-jauh datang ke Jakarta cuma sehari dua hari buat ke resepsi saja. Saya pun akhirnya menyusun rencana jalan-jalan selama di Jakarta. Rencana perjalanan sudah disusun, tiket sudah di tangan. Hari Kamis siang (4/5) kamipun berangkat dari Semarang naik kereta Kamandaka dan turun di Tegal. Lalu dari Tegal kami naik kereta Tegal Express tujuan Jakarta. Yup, kami memang dua kali naik kereta. Kenapa? Karena kami kehabisan tiket kereta Semarang-Jakarta yang sesuai dengan anggaran kami hehehe… Dalam hitungan menit, tiket kereta langsung habis, maklum saja karena memang lagi long weekend. Kalau naik bisnis apalagi eksekutif, haduuhh…isi kantong nggak cukup. Maka jadilah kami mencari strategi lain. Dari stasiun poncol kereta Kamandaka berangkat jam 11.00 dan sampai Tegal jam 14.00. Jeda 30 menit menunggu keberangkatan Tegal Ekspress yaitu jam 14.30. Sayangnya, saat itu kereta terlambat dan baru berangkat jam 15.30. Menempuh sekitar 5 jam perjalanan, kamipun akhirnya sampai di stasiun Senen.
Hari ke dua, kami tidak pergi kemana-mana karena suami ada deadline pekerjaan. Selain itu, saya juga tiba-tiba ngedrop dan meriang jadi harus bed rest. Tapi malam harinya setelah saya agak membaik, kami sempat ke pasar Santa. Bertiga bersama saudara kami ke pasar Santa yang letaknya nggak terlalu jauh dari Cipete, tempat kami menginap di salah satu rumah saudara. Alhamdulillah nggak macet. Saat itu sudah jam 8 lebih mendekati jam tutup, bahkan beberapa kios sudah tutup. Meski demikian, pengunjung masih ramai dan masih ada yang berdatangan.
Di pasar Santa yang terletak di lantai paling atas, pengunjungnya mayoritas atau bahkan bisa dibilang hampir semuanya anak muda. Berbagai macam kios ada di pasar Santa. Mulai dari kios makanan, minuman, pernak-pernik, kaos, tas dsb. Mayoritas sih kios makanan dan minuman, mulai dari masakan jepang, korea, Indonesia, hingga China. Bagi yang mau mencari camilan, kue atau coffee shop untuk teman ngobrol bersama teman juga ada. Setelah berkeliling sejenak, kami pun mencari makan karena perut sudah lapar. Selesai makan, suami tertarik melihat kaos di salah satu kios, sayangnya harganya masih di rasa terlalu mahal. Alhasil, kami pun langsung pulang, selain memang sudah mau tutup.
Hari ke tiga, kami berdua berencana pergi ke Kebun Raya Bogor. Namun melihat kondisi saya yang belum sembuh betul, kami pun membatalkannya. Tak mau memaksakan, takutnya kalau kecapekan dan kenapa-kenapa di jalan, bisa-bisa malah tambah ngedrop. Sebagai gantinya, siangnya kami pergi ke Gandaria City bareng keluarga. Setelah makan siang bersama di Sushi Tei, kami pun berpisah. Saya dan suami memilih ke Gramedia dan sukses membawa pulang 3 buku, USB car dan kabel monitor yang cukup bikin kantong jebol *hiks*. Tapi ya sudahlah nggak apa-apa… Dari Gramedia kami langsung pulang ke rumah dan istirahat karena setelah maghrib, kami harus kembali bersiap-siap. Kali ini menuju rumah tante di Pasar Minggu, menengok keponakan kami yang baru lahir sambil mengantar kado dari ibu.
Hari Minggu pun tiba, jam 09.00 saya dan suami sudah bersiap-siap. Pagi itu kami akan menghadiri resepsi pernikahan teman saya, yang memang jadi agenda utama. Untungnya dari rumah dekat dengan tol, jadi kami bisa lewat tol ke TMII sehngga nggak terlalu memakan waktu. Tiba di tempat resepsi 30 menit lebih awal dari jadwal, tapi tamu undangan sudah cukup ramai. Sambil menunggu pengantin masuk ruangan, kami mengantri di both souvenir foto. Daripada fotonya nanti-nanti malah antriannya lebih panjang.
Selesai kondangan sekitar jam 12.30, kami kembali di jemput oleh Om kami. Mumpung lagi di TMII dan sayang gitu kalau langsung pulang, kami pun kemudian berkeliling TMII yang hari itu terlihat sangat ramai dengan pengunjung. Bingung mau kemana, kami akhirnya memutuskan pergi ke Taman Burung. Ini merupakan kali kedua saya ke TMII, namun saya belum pernah ke Taman Burung. Pertama kali saya ke TMII adalah saat saya masih kecil dan itu pun nggak banyak yang bisa saya ingat. Di Taman burung, kita bisa melihat beragam aneka burung mulai dari burung kakak tua, burung elang, bangau tong tong, hingga angsa hitam. Ada yang di kurung di kandang dan ada juga yang dilepaskan. Konservatorium taman burung lumayan bersih, nggak ada sampahnya. Tapi menurut saya, kandang burungnya terlihat agak kotor dan kurang terawat. Mungkin karena umur kandangnya yang sudah lama. Untuk masuk ke taman burung, kita cukup membayar tiket Rp 20.000/orang.
Dari taman burung, kami menuju museum IPTEK. Untuk tiket masuknya Rp 16.500/orang. Seperti namanya, museum Iptek isinya ya tentang Iptek. Kalau saya bilang sih isinya berupa alat peraga. Bangunannya lumayan luas dan terdiri dari hmm…kalau tidak salah ada 3 lantai. Cukup untuk membuat kaki pegal-pegal. Sebenarnya isi museumnya cukup menarik, namun sekali lagi sangat di sayangkan untuk perawatannya masih kurang. Beberapa alat peraga sepertinya ada yang rusak. Selain itu juga sepertinya jarang di update. Hanya sebagian saja yang menurut saya benar-benar menarik, mungkin karena saya nggak suka sama pelajaran IPA kali ya…hehehe… Oh iya, di sini juga kita bisa mencoba simulasi gempa loh. Kita nanti akan masuk ke sebuah kotak miniatur ruangan gitu, trus nanti ruangannya akan berguncang. Kalau saya bilang, museum ini lebih cocok untuk anak-anak dan mayoritas pengunjungnya memang anak-anak. Bagi yang mau sholat, di lantai paling atas juga terdapat mushola. Kami sholat dhuhur di situ. Tempat sholatnya sederhana dan mukenanya juga tidak bau. Tapi sayangnya untuk tempat wudhu yang tergabung dengan toilet terletak terlalu jauh menurut saya. Musholanya berada di tengah, sedang tempat wudhunya ada di pinggir samping kanan dan kiri dekat tangga.
Setelah cukup puas berkeliling di museum IPTEK, kami melanjutkan lagi perjalanan menuju dunia air tawar yang terletak dekat danau. Di sini kita bisa melihat berbagai jenis ikan air tawar.Mulai dari ikan mas koki sampai piranha hingga ikan buta. Dari koleksi yang ada, saya hanya mengenal beberapa jenis ikan saja dan selebihnya merupakan kali pertama saya melihatnya. Bagi yang ingin masuk ke dunia air tawar, kalian harus membayar tiket dengan harga Rp 30.000/orang. Kalau mau beli oleh-oleh ikan hias juga bisa loh. Di pintu keluar ada yang berjualan ikan hias dan pernak-perniknya. Untuk harganya saya kurang tahu, cuma numpang lewat doang soalnya hehehe… Oh ya, di sebelah kiri area dunia air tawar terdapat taman bunga yang cukup luas loh, sayangnya saat itu sedang di renovasi jadi kami kami tidak bisa kesana.
Selesai dari dunia air tawar kami langsung pulang, karena sudah capek dan sudah sore. Sebenarnya saya sih masih pengin jalan-jalan lagi ke taman kupu-kupu yang bersebelahan dengan dunia air tawar, tapi melihat isi dompet saya jadi miris deh hiks….Bagi kalian yang mau ke TMII, saya sarankan untuk bawa kendaraan sendiri, soalnya TMII itu luaassss banget. Kalau jalan kaki dari satu wahana ke wahana lain bisa gempor tuh kaki. Selain itu kalau memang nggak memungkinkan, nggak usah memaksakan harus masuk ke semua wahana. Soalnya banyak banget wahananya, sehari belum tentu cukup kali yah. Jadi lebih baik pilih beberapa wahana yang menurut kalian paling menarik saja. Selain itu lebih baik bawa bekal makanan dan minuman sendiri. Bukan karena nggak ada yang jualan, karena para penjual makanan dan minuman gampang di temui, melainkan harganya yang bisa 2 kali lipat dari harga normal.
Sepulang dari TMII, malamnya kami segera packing karena kami akan pulang keesokan harinya dengan kereta pagi. Terbangun jam 3.30, saya dan suami langsung mandi dan bersiap-siap. Setelah sarapan dengan roti tawar dan teh hangat, jam 4.30 kami berangkat di antar ke stasiun Senen. Alhamdulilah jalanan masih sepi, takutnya kena macet karena saat itu hari Senin. Sampai di stasiun sekitar jam 5 dan kami sholat Subuh dahulu di mushola stasiun. Selesai sholat kami bergegas masuk stasiun, karena kereta kami 15 menit lagi berangkat sedangkan antrian masuk masih lumayan panjang. Alhamdulilah kami nggak terlambat karena tak lama setelah kami duduk, kereta Kutojaya Utara yang membawa kami pulang ke Purwokerto segera berangkat. Iya, kami tidak kembali ke Semarang, tapi pulang ke Purwokerto. Memenuhi rindu ke kampung halaman *halah* ;D
Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Istri seorang ilustrator sekaligus ibu dari 3 orang anak luar biasa. Penyuka kopi yang suka membaca, kulineran, dan jalan-jalan. Blog ini merupakan catatan saya tentang berbagai hal. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca!
bumil jangan cape2 yaa
Iya bu dokter…kemarin itu kan belum tahu hihihi
Tipsnya berganti kereta bisa dicontoh nih, Mbak. Wah, lagi hamil, ya? Semoga sehat selaluuuu :*
Yup, ngecer memang lebih murah hehehe…Amiin…makasih do’anya 🙂
wah bener-bener puas ya jalan2nya…semoga sehat selalu ya bumil 🙂
Sebenernya sih belum puas mba dew…soalnya ga jadi ke Kebun Raya Bogor hiks…tapi ya sudahlah huhu…
Amiin…makasih do’anya mba dew 🙂