Apa yang ada dalam benak kalian ketika mendengar kata lapas? Menyeramkan?Menakutkan?Mungkin bagi sebagian orang berpikiran seperti itu, bahwa lapas itu adalah tempat yang tidak bersahabat. Penuh dengan kekerasan seperti yang digambarkan dalam film-film atau media. Saya juga awalnya berpikiran sama. Tapi itu dulu…dulu sebelum saya menginjakkan kaki sendiri dan melihat dengan mata kepala saya sendiri ke lapas.
Yap, dan beberapa waktu lalu, saya akhirnya menginjakkan kaki ke lapas untuk pertama kalinya. Tepatnya ke lapas wanita kela IIA Semarang. Begitu memasuki lapas, seketika semua bayangan saya tersebut langsung menghilang. Karena faktanya, keadaan di lapas wanita Semarang terlihat jauh berbeda dari imajinasi saya. Oh ya, alasan saya ke lapas karena ada pelatihan Pertolongan Pertama di sana yang diadakan oleh Rumah Zakat bekerjasama dengan Safety Code (perusahaan pelatihan keselamatan) dari Jakarta.
Nah, jika awalnya saya berpikir lapas itu gersang, hanya ada bangunan dan sel-sel saja, nyatanya di sana suasananya asri dan hijau. Banyak berbagai macam tanaman. Lingkungan dan bangunannya bersih dan rapi, jauh dari kesan kotor apalagi kumuh. Semuanya terlihat nyaman. Tak tampak kesan bahwa itu adalah lapas, malah lebih mirip hmm…kayak asrama kali yah…
Lalu bagaimana dengan penghuni lapas? Semuanya terlihat seperti orang “normal”. Mereka ramah dan baik dan terlihat ceria. Yang jelas sepenglihatan saya, nggak ada kesan “negatif”, seperti terlihat murung atau menakutkan. Semua penghuni bersosialisasi dengan baik satu dengan yang lain. Dii dalam lapas, para tahanan ditempatkan di ruangan-ruangan semacam barak dengan tiap ruangan di isi sejumlah orang. Di dalam lapas,mereka bisa bebas, dalam artian tidak dikurung dan dikunci di dalam kamar/ruangan. Khusus untuk warga baru, mereka di tempatkan di wilayah khusus dan dibatasi ruang geraknya.
Ngomongin soal fasilitas, di dalam lapas selain ruangan-ruangan untuk kamar, juga terdapat aula/pendopo, warung dan masjid. Aula yg terletak di tengah-tengah lapas biasanya dijadikan tempat jika ada kegiatan/acara bagi para warga binaan. Bagi yang butuh jajanan juga bisa membeli di warung. Untuk masjidnya juga bersih, dan mukenanya tidak bau apek. Ada juga dapur besar tempat menyiapkan makanan bagi para tahanan. Yang bikin saya cukup salut, kebersihan lingkungannya itu loh..saya acungi jempol deh. Nggak terlihat sampah sama sekali, lantainya bersih, tamannya juga terawatnya. Kalian tahu kenapa? Karena ternyata mereka menerapkan piket bagi para penghuni dan ada kontrol kebersihan rutin dari petugas. Di sana ada berbagai macam piket. Mulai dari piket harian sampai mingguan. Mulai dari piket bersih-bersih halaman di tiap-tiap sudut lapas, piket kamar mandi hingga piket masak dan membagikan makanan.
By the way, pernah mikir nggak mereka ngapain aja di dalam lapas? Ternyata selain menjalankan berbagai macam piket-piket tersebut, di lapas juga sering ada pelatihan/kegiatan dari pihak luar loh.Mulai dari seminar/penyuluhan kesehatan, agama hingga hukum, pelatihan ketrampilan tertentu seperti pelatihan hidroponik, olahraga bersama hingga latihan teater (kalau nggak salah ingat). Bahkan mereka juga ada yang membantu proses pengerjaan baju kebaya Anne Avantie loh! Jadi, meski terkurung para warga binaan cukup punya banyak kegiatan produktif. Selain bisa sebagai bekal hidup saat nanti keluar juga untuk menghilangkan bosan, karena masa hukuman mereka yang nggak sebentar. Banyak yang hingga 10 tahun ke atas bahkan ada yang seumur hidup hingga yang tinggal menunggu eksekusi.
Nggak cuma itu loh, yang cukup menarik sekaligus mengagetkan saya adalah penampilan para warganya. Meski terkurung dan semuanya perempuan (kecuali petugas laki) ternyata mereka tetap menjaga penampilan. Bukan bajunya tapi dandanan mereka. Hampir semuanya bersolek dan merias diri. Bahkan beberapa diantaranya ada yang memakai full makeup dengan smokey eyes. Buat saya itu sih WOW sekali, ngebayangin berdandan seperti itu setiap hari 😐
Tuh, ternyata lapas dan penghuninya nggak semenakutkan seperti yang di gambarkan dalam film-film/media. Mungkin juga karena ini adalah lapas wanita. Menurut teman-teman saya, keadaan tersebut berbeda jika dibandingkan dengan lapas pria. Di lapas pria konon katanya kesan negatif masih terasa. Bukan dari lingkungannya tapi lebih kepada warganya. Bahkan ceritanya begitu masuk ke lapas pria, akan disambut oleh bau “sedap” penghuninya. Jadi bisa dibilang keadaan tiap-tiap lapas sebenarnya berbeda-beda. Berbeda antara lapas wanita dan pria dan juga berbeda untuk tiap wilayah. Pesan saya, perlakukanlah mereka para warga binaan lapas dengan wajar. Jangan pandang mereka sebelah mata. Jika mereka telah menyelesaikan masa hukuman dan kembali ke masyarakat, terimalah mereka dan perlakukanlah sama dengan orang lain pada umumnya. Mereka memang pernah melakukan kesalahan, namun ada saatnya orang berubah. Jika bukan kita yang membantu, bagaimana mereka bisa hidup lebih baik?
Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Istri seorang ilustrator sekaligus ibu dari 3 orang anak luar biasa. Penyuka kopi yang suka membaca, kulineran, dan jalan-jalan. Blog ini merupakan catatan saya tentang berbagai hal. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca!
waaah..alley…seru bingit ini. kamu dalam rangka apa kunjungan gini?
Ada acara pelatihan First Aid di sana 😀