Hello May and Happy Birthday To Me…
Yeay, Finally… Saya akhirnya memasuki umur kepala 3. Yes, it’s big three O. Tepatnya di hari pendidikan nasional kemarin, saya berusia 30 tahun. Should I be happy? Well, actually some part of me feel exciting and the another is not. Jujur saja, ini bukanlah fase usia yang mudah. Why? Kepala 3 gitu, lo. Itu artinya saya sudah menua. Saya bukan lagi anak muda, melainkan sudah menjadi orang dewasa dan orang tua.
Dewasa? Ah…saya sendiri nggak tahu pasti, apakah saya memang sudah layak dan pantas untuk disebut sebagai orang dewasa. Karena kedewasaan itu bukan ditentukan dari umur. Jadi, saya sendiri nggak bisa menjamin bahwa saya adalah orang yang sudah bisa dewasa. Saya masih merasa bahwa saya ini masih sering bersikap childish. Padahal saya sendiri sudah punya anak kecil, bahkan mau dua pula.
Di sisi lain, memasuki usia 30 tahun, saya juga mulai memikirkan pencapaian saya selama ini. Ya, saya merasa masih banyak tujuan yang belum tercapai dan kegagalan yang mewarnai 30 tahun hidup saya. It’s not easy guys. Apalagi kalau membandingkannya dengan kehidupan orang lain, yang lebih sukses pula… Di jamin deh, itu bakal bikin makin down. Makin merasa pencapaian saya selama ini is NOTHING.
Lalu, saya harus bagaimana? Hmm, meskipun bukan hal yang mudah, tapi mau nggak mau hidup harus terus berjalan bukan? Maka dari itu, saya hanya bisa berusaha agar di fase usia ini bisa menjadi fase yang menyenangkan. Nggak mau juga dong, saya makin stres hanya gara-gara penolakan terhadap bertambahnya usia. Lalu, apakah saya harus menentukan target? Well, kalau bicara soal target sebenarnya saya nggak percaya diri. Saya bukan orang yang konsisten dan disiplin untuk memenuhi target. Saya tipe orang yang sangat terpengaruh oleh situasi hati. Meski demikian, saya berusaha agar setidaknya saya bisa lebih baik dari sebelumnya.
Jadi, di usia kepala tiga ini saya mencoba untuk selalu bersyukur atas apa yang saya miliki. Yes, keluarga saya adalah hal yang paling harus saya syukuri. Di usia ini, saya sudah diberi amanah sebagai seorang istri dan seorang ibu. Memang sih, saya bukanlah istri dan ibu yang sempurna bagi mereka. Tapi percayalah, saya sedang dan akan terus berusaha menjadi istri dan ibu yang baik.
Kamu pasti tahu dong, menjadi ibu rumah tangga itu bukanlah hal yang mudah. Kalau soal bersih-bersih rumah dan pekerjaan domestik lainnya, bagi saya itu masih bisa di atasi (meski bukan hal yang mudah pula). Tapi percayalah, pekerjaan paling berat adalah mengurus anak. Mengurus anak itu bukan sekadar memandikannya, memberi makan ketika lapar, membersihkan ompolnya, atau sekadar menemaninya bermain saja. Buat saya butuh lebih dari itu semua. Lewat anak, saya harus belajar mengendalikan emosi, berpikir kreatif, menjadi contoh teladan dan tuntutan-tuntutan lainnya. Jadi ibu itu dituntut sekaligus menjadi lebih dari sekadar baby sitter, lebih dari sekadar guru dan lebih sekadar dari asisten rumah.
Eits, memang sih menjadi ibu repot, tapi percayalah itu adalah kerepotan yang menyenangkan. Kamu tersenyum dan bahagia melihat si kecil tertawa riang. Kamu akan berbunga-bunga ketika si kecil merayumu dan mengatakan kalau kamu cantik. Bahkan kamu hanya tersenyum meski hanya melihat dia tertidur pulas. Dan percayalah, nggak semua orang bisa mendapatkannya. Ada banyak di luar sana, para jomblo yang mendamba untuk segera menikah. Nggak sedikit pula pasangan yang sedang berusaha untuk memiliki buah hati, bahkan setelah belasan tahun menikah. Maka dari itu, nikmat mana lagi yang harus saya dustakan?
Selain itu, saya juga harus bisa untuk berhenti membandingkan. Siapa hayo yang suka membandingkan diri sendiri dengan orang lain? Saya yakin, banyak di antara kamu yang melakukannya, termasuk saya. Siapa sih yang nggak ngiri melihat teman yang seumuran sudah sukses? Punya rumah sendiri, punya mobil impian, punya karir yang sukses, sering jalan-jalan keluar negeri? Hmmm…saya kalau lihat teman-teman saya yang sudah sukses, tentunya saya pastinya secara nggak langsung akan membandingkan dengan kehidupan saya sekarang ini.
Apalah saya yang cuma remahan rempeyek. Jangankan jalan-jalan keluar negeri, lha wong bisa jajan ngemall saja sudah alhamdulilah. Tapi ya sudahlah, karena kalau hidup kebanyakan membandingkan yang ada stres melulu. Percayalah, hidup itu sawang sinawang. Mungkin kamu iri dengan kehidupan si A, tapi bisa jadi si A iri dengan kehidupan si B dan si B iri dengan kehidupanmu. Daripada buang waktu buat mikirin hidup orang lain, mending fokus meraih mimpi-mimpimu yang belum tercapai. Betul nggak?
So, di usia saya yang sudah bukan ABG lagi ini, this year will be my new life. Ada yang bilang, kehidupan baru saja dimulai di usia 30. Kamu percaya atau nggak dengan hal tersebut itu terserah kamu. Tapi bagi saya, di usia 30 tahun ini saya harus tetap menentukan tujuan hidup dan tetap berjuang untuk mencapainya. Ya memang sih, usia saya sudah nggak muda lagi, namun bukan berarti saya harus berhenti bertumbuh atau belajar, bukan?
Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Istri seorang ilustrator sekaligus ibu dari 3 orang anak luar biasa. Penyuka kopi yang suka membaca, kulineran, dan jalan-jalan. Blog ini merupakan catatan saya tentang berbagai hal. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca!