Apakah di antara kalian pernah mencoba mempelajari hal baru tapi merasa nggak bisa setelah berkali-kali mencoba dan merasa gagal? Dalam setiap hal, mengalami kegagalan itu sesuatu yang wajar, apalagi jika itu adalah kesempatan atau pengalaman pertama. Dan hari ini, aku baru saja tahu kalau salah seorang temanku baru saja mengalami kegagalan. Usaha yang belum lama dirintisnya hancur. Kerugiannya yang dicapai pun nggak tanggung-tanggung, hingga ratusan juta dan membuatnya harus menjual barang-barang miliknya. Bahkan saking meruginya, ia sampai harus mengajukan pensiun dini untuk mendapatkan pesangon yang akan ia gunakan untuk membayar hutang.
Bagi sebagian orang tak terkecuali diriku, kegagalan mungkin merupakan sesuatu yang buruk. Namun dari kegagalan itu aku selalu mencoba untuk mencari sudut pandang yang berbeda dan mengambil nilai positifnya. Karena sebenarnya dari kegagalan itu kita akan banyak mendapatkan pelajaran berharga. Dengan mengalami kegagalan, kita dapat belajar lebih banyak. Dengan mengalami kegagalan, kita dilatih untuk lebih sabar dan lebih kuat. Jika kita termasuk orang cepat emosi dan menjadi kesal serta marah ketika gagal itu sangat wajar. Hampir setiap orang mengalaminya. Namun yang terpenting adalah jangan memendam kekesalan dan amarah tersebut terlalu lama hingga akhirnya menjadi putus asa. Sebaliknya, jadikan amarah terhadap kegagalan tersebut sebagai kekuatan dan motivasi untuk berusaha lebih baik. Anggap kegagalan sebagai kesuksesan yang tertunda atau kegagalan adalah awal dari kesuksesan. Sejarah pun membuktikan bahwa banyak orang yang sukses yang mengalami kegagalan.
Buatku sendiri, kegagalan adalah proses belajar. Ketika mengalami kegagalan, mungkin kita tidak dapat menyerap semua pelajaran yang kita terima dari kegagalan tersebut, namun tetap saja hal itu menjadi harta tak ternilai bagi kita. Kegagalan menjadi momen yang tepat dimana kita merenungkan kembali tujuan awal kita, melihat di sekeliling dan memutuskan alasan mengapa kita tidak boleh menyerah. Tantangan menghadapi kegagalan adalah bagaimana kita tidak menjadi kalang kabut dan terpuruk terlalu lama dengan kegagalan tersebut. Bisa jadi, dengan kegagalan Tuhan mengingatkan kita bahwa kapasitas kita belum cukup untuk menerima kesuksesan. Barangkali Tuhan menunjukkan kepada kita bahwa masih banyak hal yang harus kita pelajari, yang mana kalau kita sukses padahal kemampuan kita masih dangkal, kita akan terjatuh lebih dalam lagi. Kegagalan adalah sebuah proses, di mana bisa kita ibaratkan seperti sedang mendaki gunung. Untuk bisa mencapai puncak kita terlebih dulu harus jatuh bangun mendakinya.
Kalau (tidak salah) kata mas Sigit dalam Comical Magz (lupa edisi berapa), ia mengibaratkan proses kegagalan mencapai kesuksesan seperti saat kita berlatih sepeda sewaktu masih kecil. Masih ingatkan di masa kecil kita mencoba untuk naik sepeda? Sebelum kita mahir mengendarainya, kita berulangkali jatuh, jatuh, jatuh dan jatuh lagi. Entah berapa kali kita terjatuh namun kita tetap bangkit kembali dan mencobanya lagi. Hingga akhirnya kita pun berhasil untuk mengendarainya. Meskipun kita terlebih dahulu harus mengalami jatuh berkali-kali dan lecet-lecet, namun pada akhirnya kita berhasil. Ketika mengalami kegagalan dan bangun untuk mencoba lagi, mungkin kita mencoba untuk menggunakan cara lain agar kesalahan sebelumnya tidak terulang. Dengan kegigihan dan kemauan kuat untuk terus belajar, mencoba mengayuh lagi dan mencoba mempertahan supaya posisi sepeda stabil.
Yup, aku setuju banget sama pendapatnya, mengendarai sepeda sama halnya seperti mempelajari hal baru lainnya dalam hidup. Kita mungkin akan mengalami kegagalan tak hanya sekali dua kali, bahkan berulangkali hingga kita lupa sudah berapa kali kita gagal hingga akhirnya berhasil. Henry Ford, sang kaisar di kerajaan mobil, mengatakan bahwa kegagalan merupakan kesempatan untuk memulai kembali dengan cara yang lebih cerdas. Jadi, ketika kita mengalami kegagalan, janganlah menganggap bahwa kegagalan itu adalah akhir dari perjalanan hidup kita. Tapi dengan adanya kegagalan, kita mempunyai kesempatan untuk memulai kembali dengan lebih bijak.
Di balik manisnya kesuksesan ada setumpuk kegagalan. Thomas Alfa Edison bahkan mengalami kegagalan sebanyak 9.955 kali. Baru pada percobaannya yang ke 9.956 dia berhasil secara sukses menciptakan lampu pijar yang benar-benar menyala terang. Bayangkan dia telah banyak sekali mengalami kegagalan yang berulang-ulang. Bisakah kita membayangkan seandainya dia menyerah pada percobaan yang ke 9.955? Terkadang kegagalan dan keberhasilan batasnya sangat tipis. Banyak juga yang akhirnya memutuskan untuk berhenti, justru ketika sudah dekat dengan keberhasilan. Jadi, salah satu kunci keberhasilan tentu saja adalah jangan putus asa.
Sayangnya, kadang-kadang ketakutan kita terhadap hal yang baru terlihat lebih besar daripada ukuran yang sebenarnya. Kita sering kali merasa takut gagal melakukan sesuatu hanya karena kita belum pernah mencobanya. Padahal, kegagalan seharusnya tidak perlu kita takuti karena pada kenyataannya sukses dan gagal merupakan ‘’satu paket’’. Hmm…mungkin omonganku terdengar gampang banget di ucapkan dan terkesan omdo alias omong doang. Akupun tidak mengatakan itu mudah, karena aku pun pernah mengalaminya. Ambil saja contohnya saat aku mengajukan judul untuk skripsiku. Ketika pertama kali mau menghadap dosen, perasaanku dag-dig-dug. Bermacam pikiran sudah menghantuiku, ketika sudah didepan pintu menghadap ke ruang dosen. Mulai dari takut kalau nanti judul yang aku ajukan ditolak, dianggap mahasiswa bodoh hingga pikiran jelek lainnya (maklum waktu itu nggak dekat sama dosen). Tapi ternyata setelah ketemu, semuanya baik-baik saja, jauh dari bayangan jelekku. Beberapa kali aku pun sempat gagal dan beberapa kali ganti judul, bahkan ada satu proposal yang sudah 2 bulan kukerjakan akhirnya aku putuskan ganti lagi. Tapi toh nyatanya sekarang aku bisa di titik mengerjakan skripsiku yang sekarang dan semoga saja bulan depan bisa selesai.
Tidak hanya itu saja, hingga sekarang pun aku masih mencoba untuk tidak takut mencoba hal-hal baru. Sebenarnya, jika kita sadar bahwa kegagalan itu merupakan bagian dari sukses dan kegagalan merupakan guru yang terbaik, maka kita tidak akan takut ketika kegagalan datang. Kalau mengalami kegagalan, anggap saja kita sedang bersusah-susah dahulu untuk nanti bersenang-senang. Aku percaya, kalau kita melakukan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh maka nggak ada yang sia-sia. Anggap saja segala kegagalan itu seperti saat kita habis putus cinta. Meskipun kita patah hati tapi bukan berarti kita nggak mau jatuh cinta lagi kan? Mau cepat atau lambat untuk kita bisa jatuh cinta lagi, itu tergantung kita. Seperti halnya mau cepat atau lambat kita bisa bangkit dari kegagalan itu juga terserah pada diri kita sendiri. Dan untuk temanku itu aku percaya banget kalau dia bakal cepat bangkit. Nggak cuma 100% bahkan mungkin 1000% aku yakin padanya. So, kalau kalian sendiri bagaimana? Beranikah kalian untuk gagal?
”If you want something you’ve never had, you must be willing to do something you’ve never done” #Thomas Jefferson
Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Istri seorang ilustrator sekaligus ibu dari 3 orang anak luar biasa. Penyuka kopi yang suka membaca, kulineran, dan jalan-jalan. Blog ini merupakan catatan saya tentang berbagai hal. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca!
Satu pemikiran pada “Berani Gagal”