Larang Anak Main Lato-Lato, Ini Dia Alasannya

mainan viral lato-lato

Permainan lato-lato kini sedang viral di kalangan masyarakat. Banyak anak-anak dan orang dewasa yang ikut memainkannya. Saya sendiri juga baru mengetahui permainan lato-lato belakangan ini, setelah nggak sengaja melihatnya di sosmed. Saya pun baru tahu juga kalau lato-lato ini ternyata berasal dari Amerika Serikat. Namun namanya berbeda bukan lato-lato. Di sana, permainan lato-lato disebut sebagai clackers, click-clacks, knockers, ker-bangers, atau clankers.

Permainan lato-lato ini terbilang cukup sederhana. Terdiri dari 2 bola yang terhubung dengan tali, pemainnya cukup menggoyangkan tangannya supaya 2 bola tersebut saling bertemu sehingga menimbulkan bunyi “tok-tok”. Terlihat simple bukan? Meski demikian, kalau mainnya sembarangan dan nggak pandai  menjaga keseimbangan bolanya, bisa-bisa bola lepas dan terlempar.

Meski permainan ini tengah populer dikalangan anak-anak, namun bukan berarti saya ikutan latah membelikan untuk anak-anak. Apalagi kalau anak-anak nggak minta, ya nggak bakal saya inisiatif membelikan kecuali itu memang benar-benar bagus. Sampai akhirnya, Kenzie si anak sulung minta dibelikan juga. Namun saya masih tetap belum membelikannya, meski sempat kepikiran untuk membelikannya suatu hari nanti.

Larang Anak Main Lato-lato

Seiring berjalannya waktu saya bukannya semakin tertarik dan bersemangat membeli lato-lato, malah sebaliknya. Meski konon katanya bisa melatih konsentrasi dan keseimbangan, tapi menurut saya lebih besar nilai minusnya dari plusnya. Karena itulah saya makin nggak mau membelikan anak-anak lato-lato.

Ada beberapa alasan kenapa saya nggak mau anak-anak memainkan lato-lato, di antaranya yaitu:

  1. Berbahaya. Ya, karena kalau nggak mahir memainkannya bisa-bisa bolanya terlempar dan menimpuk kepala. Meski terbuat dari plastik, namun kalau kena kepala juga lumayan bikin benjol. Pernah lihat beberapa video, dimana ada yang terluka gara-gara lato-lato. Mulai dari kepala benjol besar hingga kena mata sampai harus dibawa rumah sakit. Berhubung anak-anak saya masih kecil usia 7 tahun dan 4,5 tahun, saya merasa mereka belum cukup bisa diberi kepercayaan main lato-lato. Apalagi ada adeknya yang masih bayi. Kalau mereka memainkannya di rumah, tentu berisiko nggak hanya mengenai mereka sendiri namun juga adeknya yang bayi. Saya nggak berani ambil risiko tersebut.
  2. Berisik. Suaranya sebenarnya nggak masalahnya, cuma bunyi tok-tok saja. Yang jadi masalah adalah ketika main lato-latonya kelamaan, tentunya bakal jadi berisik. Kalau anak-anak main lato-lato, pasti nggak cukup 5-10 menit. Mereka kalau lagi senang sama sesuatu pasti bakal dimainin terus-terusan. Jadi kalau anak-anak dikasih mainan lato-lato, dijamin mereka bakal main terus-terusan. Bikin berisik dan mengganggu adeknya pas lagi tidur terutama mengganggu ketenangan jiwa emaknya. Saya nggak mau ambil risiko menambah emosi jiwa setiap hari.
  3. Mengganggu belajar. Kalau mereka terlalu sering main lato-lato, yang ada pastinya malah jadi lebih sering asyik main daripada belajar. Meskipun sebenarnya ini nggak terlalu ngaruh sih. Karena tanpa lato-lato pun mereka juga bisa main yang lain. Masalahnya adalah, kalau yang namanya lagi senang-senangnya main disuruh berhenti biasanya lebih susah dan lebih rewel. Lagi-lagi saya nggak mau ambil risiko terlalu sering mengalami emosi jiwa. Biarlah mereka main yang lain saja, setidaknya nggak berisik.

Nah, setidaknya itu adalah alasan saya melarang anak main lato-lato. Kalau menurut kamu bagaimana?

Allaely Hardhiani

Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Istri seorang ilustrator sekaligus ibu dari 3 orang anak luar biasa. Penyuka kopi yang suka membaca, kulineran, dan jalan-jalan. Blog ini merupakan catatan saya tentang berbagai hal. Semoga bisa bermanfaat dan selamat membaca!

Tinggalkan komentar